(Fanfcition) The Key to Her Heart (2/3)

the key to her heart2

Title : The Key to Her Heart Part 2| Cast : Kim Ryeowook, Shin Minrin, Ryeowook’s mother | PG : 15 | Genre : Family, Romance, Action | Lenght : Chapter| Author : Whin (@elizeminrin) | Discalimer : The story based of Kdrama SPY.

Summary : Ryeowook adalah seorang agen NIS, tapi ia tidak pernah mengatakan hal itu pada ibunya. Ia punya seorang kekasih yang sayangnya tidak terlalu disukai ibunya. Hubungannya dengan ibunya terlihat baik-baik saja tapi sepertinya tidak. Kenyataannya bahwa Minrin yang adalah kekasihnya justru mengenal Ryeowook lebih baik dari ibunya sendiri. Tapi Minrin bukanlah gadis biasa seperti yang Ryeowook kenal selama ini.

***

“Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan tapi jangan menyakitinya.” Wanita berusia sekitar 50 tahun itu memohon dengan ekspresi pasrah.

“Kim Hyerim, aku tahu kau akan mengatakan hal itu,” laki-laki seumuran dengannya itu tersenyum menyerangi, penuh kemenangan.

Wanita bernama Kim Hyerim itu lantas menyerahkan pistol yang dibawanya. Kemarin laki-laki di depannya itu tiba-tiba muncul di rumahnya, mengatakan akan membunuh anak laki-lakinya jika ia tidak memenuhi perintahnya.

Laki-laki tinggi di depannya itu dulu adalah rekannya yang terpaksa disingkirkannya agar ia bisa melepaskan diri dari jeratan pekerjaan mata-mata yang membuat hidupnya dipenuhi ketakutan. Sayangnya laki-laki itu berhasil selamat dan sekarang dia muncul di depannya.

“Aku tidak tahu bagaimana kau bisa membuat agen terbaikku menyerah melakukan tugasnya, tapi baguslah karena kau akhirnya datang dan mengerti ucapanku.” Laki-laki tinggi bernama Kim Donggun itu mengambil pistol yang tadi diserahkan Hyerim dan memasukkannya ke dalam laci mejanya.

“Sejak kapan kau menjadikan Ryeowook targetmu dan apa yang sebenarnya kau inginkan?” desis Hyerim tidak mengerti.

Kim Donggun tersenyum menyerangi lagi. Ia menatap Hyerim. “Sejak aku tahu dia adalah anakmu dan kebetulan sekali dia bekerja di NIS. Dia berbakat sepertimu, Hyerim-ah.”

“Aku akan membunuhmu jika kau berani menyakitinya!” Hyerim mengancam tapi justru membuat Kim Donggun tertawa pelan.

“Aku akan memastikan aku yang akan membunuhmu jika kau tidak melakukan tugasmu dengan benar.”

***

A few Months Later….

Musim dingin telah lewat dan sekarang sudah pertengahan musim semi. Udara menghangat bahkan matahari sudah bersinar sangat terik siang ini. Ryeowook memejamkan matanya sebentar dengan punggung bersender di kursi mobilnya. Sudah sekitar tiga jam dia mengamati sebuah bangunan bekas rumah sakit yang dicurigai sebagai markas pemimpin kelompok mata-mata dari utara yang sedang coba ditangkap NIS.

Mendadak tugasnya kali ini sedikit berat. Bukan karena ia harus terjaga sejak semalam tapi karena ia merasa akan terbebani jika pada akhirnya tugas ini akan membuatnya mengetahui fakta yang sebenarnya mengenai Minrin. Gadis itu, Ryeowook ingin memastikan sendiri siapa sebenarnya Minrin. Benarkah gadis itu tidak seperti yang ia kira selama ini?

Seseorang mengetuk jendela kaca mobilnya ketika Ryeowook hampir terlelap karena kelelahan. Dia mendongak dan melihat laki-laki berkemeja kotak-kotak menatap ke arahnya dari balik kaca itu. Ryeowook menurunkan kacanya untuk membuat laki-laki yang menjadi rekannya itu bisa berbicara leluasa padanya.

“Apa itu yang biasanya kau lakukan saat sedang memata-matai? Cepat buka pintunya!” Ryeowook mendesis pelan tapi menuruti saja permintaan rekannya yang bernama Kyuhyun itu.

“Apa yang kau temukan?” tanya Ryeowook begitu Kyuhyun sudah duduk di kursi penumpang sampingnya.

“Kim Donggun sepertinya sudah tahu jika kita sedang mengawasinya. Tidak ada yang mencurigakan di bagian belakang gedung. Aku justru curiga dia sudah pergi dari tempat ini,” Kyuhyun berspekulasi dan Ryeowook mengangguk-angguk mengerti.

Kim Donggun. Ryeowook pernah sekali melihat wajah pria itu saat ia hampir pingsan ketika tertembak beberapa bulan yang lalu. Pria itu yang disebut-sebut sebagai pemimpin tertinggi kelompok 12D yang dikirim utara sejak dua tahun lalu. Pria yang ternyata juga berhubungan dengan gadis yang dulu pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup Ryeowook.

Ryeowook tidak ingin berbohong jika alasannya bersikeras untuk ikut dalam misi untuk menangkap Kim Donggun adalah karena ia ingin bertemu gadis itu sekali lagi dan menanyakan sesuatu. Sejauh ini Ryeowook tidak pernah melihat Minrin lagi. Hal itu justru membuatnya lega karena mungkin saja apa yang dikatakan ibunya salah. Bahwa Minrin sama sekali tidak berhubungan dengan Kim Donggun.

“Apa kau sudah mendengar dari ketua Tim tentang mata-mata yang mengirimkan sebuah pesan rahasia pada NIS beberapa waktu yang lalu?” tanya Kyuhyun sedikit menyadarkan Ryeowook untuk menoleh ke arahnya dan melupakan tentang pikirannya mengenai Minrin.

“Dia hanya mengatakan akan terjadi sesuatu yang besar di upacara pembukaan museum perdamaian yang akan diresmikan presiden akhir pekan ini.”

“Ya..itu benar. Aku tidak mengerti kenapa mereka sengaja mengirimkan informasi itu pada kita. Apa menurutmu mereka sengaja melakukannya dan akan merencakana sesuatu?” Kyuhyun bertanya lagi sambil berpikir.

Sementara Ryeowook memilih melihat lurus ke dapan, sembari memikirkan ucapan Kyuhyun barusan. Rasanya memang terdengar aneh. Selama ini mereka selalu bertindak diam-diam dan jika dipikir-pikir memang terlalu mencurigakan.

“Apa kita tahu siapa agen itu? tanya Ryeowook kemudian.

“Kita hanya tahu dia menelepon dari tempat umum. Entahlah, tapi bagian keamanan berhasil mengetahui posisi orang itu saat sedang menghubungi ketua tim.”

Ryeowook menoleh, ingin tahu. “Lalu?”

“Tentu saja kita tidak berhasil menangkapnya. Tapi kita menemukan sarung tangan, topi dan mantel hitam milik seorang wanita yang dibuang di tempat sampah tidak jauh dari sana.” Kyuhyun menjelaskan.

“Kita melihat di semua cctv yang terpasang di daerah sana, tapi tidak ada yang mencurigakan,” lanjutnya sambil menghela nafasnya seakan-akan merasakan kegagalan.

Ryeowook diam lalu memperhatikan kembali gedung di seberang jalan itu dengan seksama. Berbagai pikiran berkecamuk di dalam kepalanya. Tentang kemungkinan ia akan menemukan Minrin lagi jika ia datang di peresmian museum perdamaian. Jika Kim Donggun memang merencanakan sesuatu, kemungkinan besar orang itu akan datang bersama agen di bawah pimpinannya termasuk Minrin.

***

Suasana peresmian museum sangat ramai. Wartawan baik dari media online maupun cetak di Korea dan luar negeri berkumpul untuk menyaksikan peresmian museum oleh Presiden sebagai simbol perdamaian dengan utara. Museum itu memiliki berbagai koleksi barang kebudayan dua negara yang memiliki kemiripan dan juga sejarah selatan-utara di masa lampau. Itulah kenapa acara malam ini sangat penting dan menjadi sorotan dunia.

Ryeowook dan Kyuhyun hadir di tengah-tengah masyarakat yang  menyaksikan langsung peresmian itu di luar pintu masuk. Diantara kerumuan itu juga terdapat seorang gadis berambut panjang yang mengenakan topi hingga membuat wajahnya tidak kelihatan. Gadis itu mengenakan jaket hitam dan celana hitam, berdiri agak jauh di sebelah kiri Ryeowook serta Kyuhyun sembari memperhatikan keduanya. Kyuhyun tentu tidak menyadarinya karena terlalu fokus mengamati keadaan di sekililing Presiden dan para pengawalnya. Sedangkan Ryeowook tidak sengaja menoleh dan menangkap sosoknya. Merasa asing Ryeowook pun berjalan mendekat, tapi si gadis berambut panjang itu menyadari jika keberadaannya sudah diketahui lalu berjalan menjauh masuk ke kerumuan dan menghilang. Ryeowook berhenti, mengernyit sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok itu tapi tidak terlihat di manapun.

“Ya, mau pergi kemana?” teriak Kyuhyun ketika Ryeowook hendak berjalan untuk mencari gadis itu lagi. Ryeowook berhenti lagi lalu menoleh. “Ayo kita masuk! Aku sudah menadapatkan akses untuk masuk ke dalam,” kata Kyuhyun kemudian. Ryeowook menoleh lagi ke arah gadis itu menghilang tapi kemudian ia pun berjalan mengikuti Kyuhyun.

Di sisi lain agak jauh dari tempatnya tadi berdiri, gadis itu terus memperhatikan Ryeowook dan Kyuhyun yang berjalan masuk.

***

Minrin berjalan masuk ke toilet. Ia melepaskan topi yang dikenakannya dan memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Dihelanya nafas dengan lemah sebelum menghidupkan kran wastafel di depannya.  Dia menunduk sesaat dan dirasakannya sesuatu yang mencengkeram kuat jantungnya membuatnya sesak untuk bernafas.

Kenyataannya ia memang masih mengingat laki-laki itu.

Dering ponsel di sakunya menginterupsi saat ia tengah membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia pun mengambil tissue, mengeringkan wajah serta tangannya dengan  cepat sebelum menerima panggilan itu. Sebuah nomor yang disembunyikan dan Minrin tahu siapa yang menghubunginya.

“Jalankan sesuai rencana. Kali ini kau tidak boleh gagal. Kau tahu apa yang akan kulakukan saat kau gagal menjalankan misi lagi.” Suara berat dan penuh ancaman terdengar bahkan sebelum Minrin mengucapkan apapun.

“Kau harus berjanji menyelamatkan ibu dan adikku. Dan aku akan melakukan apapun yang kau perintahkan,” Minrin berucap dengan hati bergetar namun tanpa keraguan.

“Aku akan melihat pekerjaanmu lebih dulu,” jawab suara di seberang sana sebelum akhirnya terputus secara sepihak.

Minrin mengumpat tertahan setelah itu. Ia menunduk lagi dengan tangan menumpu di pinggiran wastafel. Tidak ada pilihan untuk sekarang ini.

Ia menarik nafas panjang, mengamati wajahnya sekali lagi lalu mengenakan topinya kembali sebelum akhirnya keluar dari toilet. Ia berjalan menunduk, berusaha agar tak terlihat cctv yang berputar merekam di setiap sudut ruangan. Ia sampai di sebuah ruangan lebar yang dipenuhi oleh banyak orang. Rombongan presiden sudah masuk ke ruangan itu setelah acara peresmian di hall depan. Minrin memperhatikan sebentar, lalu dengan cepat dia menghilang di balik dinding sampingnya. Tidak ada yang mencurigainya, termasuk para pengawal berjas itu yang menurut Minrin terlihat sangat lengah. Ia pun bergegas masuk di sebuah ruangan sempit mirip gudang, melepaskan tas punggungnya dan mengeluarkan sebuah pistol dari dalam sana. Ia juga mengganti jaket hitamnya dengana mantel berwarna coklat. Setelah mengecek isi peluru di dalam pistol itu, ia pun menyelipkannya berserta sebuah benda kecil di mantel. Terakhir ia melepas topinya dan merapikan  rambutnya. Begitu selesai dengan semua itu, ia pun memberesi semua barang-barangnya dan keluar dari ruangan dengan bersikap biasa.

Ia berjalan mendekat ke kerumunan presiden yang diikuti banyak bawahan serta petinggi negara. Ia berjalan agak belakang bersama masyarakat biasa yang mendapat kesempatan untuk hadir di peresmian ini. Wartawan juga berkumpul di sana, suasana yang menguntungkan untuk Minrin karena tidak akan yang mencurigainya. Tapi jika ia melakukan kesalahan pada misi kali ini, berarti semua berakhir untuknya.

Ia berjalan dengan biasa, melihat-lihat koleksi museum seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Tangan kirinya yang terselip di balik saku mantel mengambil benda kecil yang tadi disiapkannya. Yang perlu dilakukannya hanyalah menekan tombol pada benda kecil di tangannya lalu sebuah ledakan kecil akan terjadi di dua titik museum ini. Begitu semua orang panik, ia akan ikut panik dan keluar dan menyelamatkan diri. Itulah misi yang harus diljalankannya. Ketika Minrin hendak menekan tombol itu seseorang tiba-tiba mendorongnya ke samping hingga membuatnya hampir terjatuh. Beruntung sekali seseorang yang berjalan di belakangnya berhasil menahan tubuhnya agar benar-benar tidak terjatuh menimpa sebuah guci antik di bagian kirinya.

Minrin menoleh, memperhatikan orang yang menolongnya. Dan semua hal di sekitarnya seakan berhenti bergerak. Minrin mengenal betul siapa orang yang menolongnya. Lalu ia pun buru-buru melepaskan diri, berniat untuk pergi menjauh tapi orang itu menarik lengannya dengan kuat dan menahannya, membuat tangan kirinya tidak sengaja menekan tombol. Seketika itu suara ledakan terdengar keras dari arah samping kanan kerumunan presiden.

Minrin sendiri terkejut karena tidak sengaja menekan tombol itu. Sekarang bukan waktunya. Ia harus kembali ke rombongan sebelum menekan tombol itu. Para pengawal langsung bersiaga melindungi presiden, orang-orang panik dan petugas keamanan berlari masuk dari berbagai pintu.

Minrin harus segera pergi bersama orang-orang yang panik itu, tapi laki-laki yang menarik lengannya belum melepaskannya. Wajah laki-laki itu sama terkejutnya dengan Minrin tadi.

Minrin semakin panik. Jika ia tidak segera keluar, ia tidak bisa menyelamatkan diri dan para petugas keamanan pada akhirnya bisa menangkapnya. Kemungkinan terburuk sebenarnya justru datang dari laki-laki di sampingnya. Minrin tahu betul siapa dia begitu juga sebaliknya. Jika ia ketahuan, ia akan berakhir di penjara. Ia meronta dan hampir berbuat kasar untuk melepaskan diri, tapi gagal. Laki-laki itu justru menariknya menjauh dari kerumunan orang-orang yang dilanda kepanikan itu.

Apa yang harus Minrin lakukan sekarang?

***

Ryeowook tidak tahu jika akan semudah ini menemukannya. Sejak awal melihatnya, Ryeowook sudah mencurigainya. Karena itu ia diam-diam mengikutinya, mengamati apa yang dilakukannya. Sebuah incident tak terduga terjadi saat seseorang tidak sengaja mendorongnya dan membuatnya hampir jatuh, Ryeowook dengan cepat menariknya sebelum tubuhnya mengenai guci di kirinya itu dan membuatnya pecah berkeping-keping.

Ekspresinya langsung terkejut dan juga sedikit panik saat melihat Ryeowook. Begitupun Ryeowook yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutan. Saat akhirnya dia hendak pergi, Ryeowook menariknya lalu dua ledakan terdengar berurutan dengan keras. Semua orang panik begitu juga dengan gadis yang dipeganginya itu.

Ryeowook menolak percaya jika ledakan itu berhubungan dengan gadis itu, dengan Minrin. Tapi yang terjadi justru menguatkan kenyataan bahwa Minrin lah orang dibalik ledakan itu. Dia panik, ingin segera pergi.

Ryeowook tahu ia baru saja menangkap pelaku peledakan, tapi entah apa yang terjadi dengan pikirannya. Ia sendiri bingung kenapa akhirnya menarik Minrin menjauh dari kerumunan itu.

***

“Lepaskan aku!” Minrin meronta dengan nada dingin. Gadis itu dengan kasar langsung menyentakkan tangannya, membuat Ryeowook agak terkejut.

“Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Minrin dengan sikap tak bersahabat.

Ryeowook tidak tahu jika bertemu kembali dengan Minrin akan membuat gadis itu tampak sangat berbeda dari Minrin yang dulu dikenalnya. Minrin yang baik dan selalu tersenyum saat bersama Ryeowook. Minrin yang akan bertanya apakah Ryeowook baik-baik saja dan tidak ada yang terluka, semua itu sekarang sudah berubah.

Ryeowook ingin bersikap lembut dan bertanya baik-baik. Ia ingin menjaga sikap yang dulu selalu diperlihatkannya setiap kali bersama dengan gadis itu tapi ucapan ibunya seketika itu berputar-putar di kepalanya. Ucapan yang akhirnya menyadarkan Ryeowook siapa sebenarnya gadis di depannya ini.

Gadis itu tidak lebih dari seorang pengkhianat.

Ryeowook tersadar sebelum melakukan kesalahan kedua. Ia pun mendorong Minrin ke dinding dengan kasar, menahan tangan gadis itu dengan kuat, dan meletakkan tangannya yang bebas di leher gadis itu seakan ingin mencekiknya.

Minrin meronta lagi, mencoba melepaskan diri dari rasa mencekik di lehernya yang membuatnya sulit untuk bernafas.  Tatapan Ryeowook menghunjan ke arahnya dengan tajam, membuat Minrin tidak tahu harus melakukan apa.

Tenggorokannya terasa sakit dan ia mulai kesulitan untuk mengisi udara di paru-parunya. Saat melihat Ryeowook menatapnya dengan tatapan kemarahan itu Minrin pikir mungkin ia justru akan mati di tangan laki-laki ini. Sepertinya pilihan itu sedikit lebih baik.

Mungkin dengan begitu ia bisa menebus semua kesalahan yang pernah dilakukannya pada Ryeowook.

“Orang dibalik ledakan tadi, itu kau.. benarkan?” tanya Ryeowook penuh penekanan dengan sorot mata yang semakin menusuk.

Minrin tidak manjawab dan hanya bisa terus meronta minta dilepaskan. Ryeowook mengendurkan cekikan di lehernya setelah itu.  Minrin pun seperti mendapatkan kembali kehidupan. Ia berhasil meraup oksigen sebanyak-banyaknya dengan cepat tapi tetap saja ia tidak bisa lolos dari Ryeowook.

“Kau bisa langsung menyerahkanku pada NIS atau jika kau tidak ingin melakukannya, lepaskan aku sekarang!.” Minrin menjawab dengan nada dingin.

Dulu mereka bersama, saling melengkapi dan bahagia satu sama lain. Tapi sekarang keduanya terlihat seperti dua orang yang saling bermusuhan. Tidak ada yang ingin mengalah.

“Kenapa kau berpikir aku tidak ingin melakukannya?”

Minrin tertawa seketika. Ia menatap Ryeowook seakan mengejek. “Apa kau pikir apa yang terjadi di antara kita sebelumnya akan membuatku melepaskanmu?” Ryeowook menyahut yang seketika itu menghapus senyuman di bibir Minrin.

Gadis itu diam, menatap Ryeowook. Tatapan laki-laki itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi kasih sayang di sana, yang ada hanya luka, kekecewaan dan juga kemarahan. Jadi bagaimana bisa Minrin berpikir Ryeowook akan melepaskannya begitu saja.

Semua tidak lagi sama dan Minrin tahu dimana posisi mereka sekarang ini. Tidak bisa bersama, tidak mungkin untuk bersama. Itu berarti tidak ada alasan untuk mereka saling mengasiani.

“Aku akan membuatmu membayar semua yang telah kau lakukan, akan kupastikan itu terjadi,” ancam Ryeowook tidak main-main yang sejenak membuat Minrin bergidik.

Minrin menyentakkan tangannya berusaha melepaskan diri tapi gagal karena Ryeowook justru semakin kuat mencengkeramnya. “Kuere, lakukan apa yang ingin kau lakukan, Kim Ryeowook-ssi,” jawab Minrin dengan tenang tapi masih dengan penekanan di setiap katanya, seakan menyuruh Ryeowook untuk segera membawanya pada NIS.

Ryeowook bereaksi dengan melepaskan cekikannya, dan beralih mengambil borgol di mantelnya lalu memborgol pergelangan tangan kiri Minrin dan juga tangannya sendiri.

“Tapi saat kau menyerahkanku, akan ada orang lain yang hidupnya akan terancam,” ujar Minrin sesaat sebelum Ryeowook menariknya. Ryeowook menoleh meminta jawaban atas perkataannya barusan.

“Ibumu. Dia pasti juga akan dalam masalah jika kau mengungkap siapa dibalik peledakan itu. Kim Donggun tidak akan melepaskannya.”

Ryeowook berhenti lalu menatap Minrin. “Apa yang kau bicarakan?”

Minrin yang semula menatap ke bawah, akhirnya mengangkat kepalanya dan balas menatap Ryeowook. “Kau sudah tahu jika ibumu pernah menjadi agen lapangan utara bukan? Pimpinanku adalah rekan kerjanya dulu. Alasan kenapa ibumu bisa tahu identitas asliku adalah karena Kim Donggun memaksanya untuk kembali menjadi mata-mata.”

“Apa?” Ryeowook sedikit mengernyitkan dahinya, tidak percaya.

“Dia salah satu orang yang juga memata-mataimu selama ini.” Minrin melanjutkan.

Bagi Ryeowook semua itu terdengar tidak masuk akal dan sama sekali tidak bisa diterimanya.

Bagaimana bisa ibunya melakukan hal itu?

Ryeowook hendak bertanya tapi suara derap langkah mendekat terdengar. Saat ini pihak keamanan dan juga NIS pasti sedang bergerak mencari pelaku peledakan. Keduanya melihat ke arah yang sama. Minrin pikir ini akan menjadi akhir dari hidupnya, tapi ternyata tidak. Ia pikir Ryeowook akan segera menyerahkannya pada pihak keamanan tapi laki-laki itu justru menariknya menjauh dari sumber suara, melewati tangga darurat dan keluar dari pintu darurat yang mengarah ke basement parkir. Minrin tidak sempat bertanya bahkan menolak karena Ryeowook langsung membuka pintu mobil, menyuruhnya masuk begitu juga dirinya. Tangan mereka masih terbogol  dan Minrin hanya memperhatikan Ryeowook yang kemudian melajukan mobilnya keluar dari tempat itu.

“Kau tahu kan aku tidak akan percaya padamu begitu saja?” Ryeowook memulai ketika mobil mereka melaju kencang di jalanan kota Seoul.

“Ah… jadi kau juga tidak percaya bahwa aku musuhmu?” Minrin tersenyum sinis. “Aku yang kau pikir gadis baik-baik ternyata tidak seperti itu. Aku melakukannya untuk menyelamatkan ibu dan adikku. Tapi ibumu…. dia terpaksa melakukannya karena kau. Dia tidak ingin Kim Donggun melukaimu, karena itu dia terpaksa memata-mataimu, menjalankan tugas yang diberikan Kim Donggun dan membaca pergerakanmu bersama NIS.” Minrin kembali berucap.

Ryeowook menoleh sebentar, menatap Minrin sekilas sebelum kembali menatap ke depan. “Lalu apa maksudmu ibuku bisa dalam bahaya?” tanya Ryeowook kemudian.

“Kau mengerti apa yang kulakukan selama ini bukan? Mengawasimu dan memberitahu Kim Donggun apapun yang kau lakukan bersama NIS. Begitu juga dengan yang ibumu lakukan. Jika dia tidak melaporkan apa yang seharusnya dilaporkannya, hidupnya akan dalam bahaya. Apalagi jika informasi penting seperti kedatanganmu dan NIS ke acara peresmian sekarang ini. Kau mengerti maksudku kan?”

Ryeowook berpikir sejenak. Ia ingat memberitahu ibunya pagi tadi jika akan pergi ke peresmian museum ini. Ia bahkan mengatakan ada pekerjaan yang harus diselesaikannya selama acara peresmian. Jika ibunya benar bekerja pada Kim Donggun, sudah pasti dia tahu tentang rencana peledakan itu. Minrin tidak akan meledakkan tempat itu jika Kim Donggun tahu akan ada anggota NIS di sana. Itu berarti ibunya tidak mengatakan apapun pada Kim Donggun tentang Ryeowook dan NIS yang datang ke acara. Benar begitu?

“Seseorang mengirim pesan pada NIS tentang sesuatu yang besar yang akan terjadi saat peresmian karena itu kami ada di sini. Orang itu….apa kau yang melakukannya?” tanya Ryeowook lagi.

Minrin terhenyak. Ia memutar kepalanya ke depan setelah itu. Ryeowook menoleh ke arahnya dan menatapnya. “Apa kau yang mengirimkan pesan itu?” ulangnya.

“Satu-satunya hal penting yang harus kau lakukan adalah menyelamatkan ibumu, Ryeowook-ssi,” jawab Minrin seperti mengelak.

“Kalau begitu dimana dia sekarang?” tanya Ryeowook sedikit tidak sabar.

“Apa kau berpikir aku akan memberitahumu begitu saja?” Minrin menyahut, lalu berpura-pura tersenyum sinis.

Mendengarnya, membuat Ryeowook membanting setir dan membuat mobil yang mereka tumpangi berhenti mendadak. Ia menarik tangan Minrin dengan kasar setelah itu hingga membuat wajahnya dekat di depan Ryeowook. “Katakan dimana Kim Donggun membawa ibuku, dan aku akan melepaskanmu.” Ryeowook berucap dengan nada rendah.

Minrin menatapnya, mencari tahu kesungguhan dari ucapan Ryeowook barusan. Sejujurnya ia gagal mencari tahu, tapi akhirnya Minrin menyerah. “Gedung yang dulu dijadikan sebuah rumah sakit di dareah Gyeolguk,” ucapnya kemudian.

***

Darah mengalir dari sudut bibir Kim Hyerim. Wanita itu meringis kesakitan. Dulu ia terbiasa mendapat luka seperti ini, tapi lama tak melakukan tugas sebagai mata-mata membuatnya sedikit kehilangan kemampuannya, termasuk kemampuan dalam menahan rasa sakit seperti ini. Kim Donggun berdiri di depannya dengan tatapan tajam, mengintimidasi.

“Kau mengirim pesan pada mereka. Kau membuat agen NIS datang dan kau tidak memberitahuku. Apa benar semua itu yang kau lakukan?” tanyanya penuh penekanan sembari menarik kepala Hyerim ke belakang.

“Aku tidak melakukannya. Aku bahkan tidak tahu jika kau ingin meledakkan tempat itu,” rintih Hyerim kesakitan pada kepalanya.

“Kau tidak memberitahuku kalau NIS ada di sana?”

Nada suara itu terdengar semakin tinggi dan marah. Kim Hyerim memberanikan diri untuk menatapnya tanpa rasa takut sedikitpun. “Aku tidak memberitahumu karena kau pasti tetap akan menyakiti Ryeowook. Tidak! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Satu sentakan ke belakang, membuat Hyerim menjerit sakit karena rambutnya di tarik. Tidak hanya itu, Kim Donggun bahkan kembali memukul wajahnya membuat Hyerim semakin meringis kesakitan. Kim Donggun menyambar pistol di mejanya dan langsung mengarahkannya tepat di kepala Hyerim. Hyerim bergidik tak berkutik setelah itu.

“Dan aku bilang akan membunuhmu jika kau tidak melakukan tugasmu dengan baik, apa kau lupa hal itu?” Kim Donggun mendesis dengan penuh emosi.

***

“Aku akan masuk lebih dulu, dan memastikan ibumu masih ada di dalam,” ucap Minrin ketika mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di seberang gedung kosong itu. Ryeowook memperhatikan sebentar gedung yang beberapa hari yang lalu diawasinya lalu kembali memperhatikan Minrin.

Tidak mendengarkan ucapan Minrin, Ryeowook justru mengambil pistol di sebuah laci bagian bawah mobilnya. Ia pun keluar dari mobil dan secara tidak langsung menarik Minrin yang masih terbogol dengannya untuk ikut keluar.

Sebuah pintu di tendangnya sampai terbuka. Tiga orang laki-laki bertubuh tinggi menghadang mereka ketika berhasil masuk. Ryeowook tidak mencoba melawannya, apalagi menebak ketiganya. Ia justru menarik Minrin di sekitar lehernya dan mengarahkan pistolnya ke arah kepala gadis itu.

“Kim Hyeae-ssi?” salah satu dari ketiga laki-laki itu berseru saat melihat Minrin.

“Di mana dia? Aku ingin bertemu dengan Kim Donggun,” tanya Ryeowook dengan ancaman akan membunuh Minrin. Minrin sendiri memilih diam tak berkutik.

Salah satu lak-laki yang bertubuh agak kurus, memandang ke arah kedua rekannya lalu setelah itu dia bergegas masuk ke dalam. Ryeowook mengikutinya dengan tetap menjadikan Minrin sanderanya. Kedua laki-laki yang tersisa membiarkannya. Yang satu tetap berdiri mengawasi, yang satu lagi sudah bergegas keluar.

Begitu masuk di dalam sebuah ruangan yang tak berbentuk itu Ryeowook disuguhi pemandangan yang membuat hatinya seakan remuk. Ibunya berdiri, menantang dengan pistol mengarah pada kepalanya.

Eomma….!” teriaknya panik.

“Ryeowook-ah….”

Kim Donggun yang melihatnya langsung menarik pelatuk bersiap melepaskan isi pistolnya. Ryeowook berhentik bergerak. Ia tahu nyawa ibunya bisa terancam jika ia gegabah melakukan sesuatu. Saling mengancam, Ryeowook pun menarik pelatuk pistolnya dan siap menembak Minrin.

Bukannya merasa terancam Kim Donggun justru tersenyum menyerangai. “Kim Ryeowook-ssi, kau tahu apa yang kau lakukan tidak akan mengubah apapun. Kenapa? Karena gadis itu sama tidak berartinya dengan ibumu. Tidak masalah jika kau ingin membunuhnya.”

Ryeowook geram. Ia tahu apa yang dikatakan Kim Donggun memang benar.

“Lagipula, kurasa kau tidak akan tega membunuhnya, benarkan?” tanyanya mencibir membuat Ryeowook semakin ingin melakukan sesuatu pada laki-laki brengsek itu.

“Lepaskan ibuku dan aku akan membantu kalian menghilangkan bukti peledakan itu,” ucap Ryeowook berusaha bernegosiasi, tapi sekali lagi Kim Donggun seperti tidak tertarik.

“Tidak, Ryeowook-ah. Jangan menawarkan apapun padanya!” Ibunya berteriak.

Sementara itu Kim Donggun kembali tertawa pelan. “Menarik. Tapi kau tahu siapa yang akan bertanggung jawab atas peledakan itu. Gadis itu yang akan bertanggung jawab. Bukan begitu, Kim Hyeae-ssi?” Kim Donggun menunjuk ke arah Minrin dengan tatapannya. Minrin mendesis tertahan menahan amarah.

Minrin tahu hal ini akan terjadi saat Ryeowook menjadikan dirinya sebagai sandera. Semua ini tidak ada gunanya. Toh, ia juga tidak berarti untuk Kim Donggun.

Sementara itu Ryeowook semakin dibuat geram dengan emosi yang sejak tadi dipermainkan. Ia akhirnya mengarahkan pistolnya berbalik pada Kim Donggun. Tangannya menggenggam erat pistolnya, meskipun ia juga tahu tindakannya ini justru membuat ibunya terancam. Keduanya saling bertatapan dengan Minrin dan Hyerim sebagai sandera masing-masing sampai akhirnya seseorang menarik pelatuk pistolnya dan menembakkan isinya. Pistol di tangan Ryeowook terlepas, darah mengalir dari lengan atasnya

Saat ia menyadari apa yang terjadi, Kim Donggun sudah menarik ibunya pergi bersama tiga pria yang menjadi bawahannya. Salah satu dari ketika orang itu memegang pistol dan tersenyum menyerangai ke arah Ryeowook.

“Ryeowook-ssi.. Ryeowook-ssi….” ia mendengar Minrin yang berteriak panik saat ia ambruk ke lantai.

Ryeowook gagal menyelamatkan ibunya, dan justru dirinya lah yang terluka.

***

Ia setengah sadar saat Minrin memapahnya kembali ke mobil. Gadis itu mencari-cari kunci borgol di dalam mobil, dan Ryeowook hanya mampu memejamkan matanya sembari menahan rasa sakit saat Minrin membuka borgol mereka.  Nafasnya cepat dan ia kesulitan untuk berkonsentrasi. Ryeowook pikir Minrin akan meninggalkannya tapi ternyata gadis itu membantu Ryeowook masuk ke dalam mobil dan ia sendiri masuk mengambil alih kemudi. Sesaat Ryeowook menatapnya.

“Kita… harus mengejarnya…..,” ia mengucapkannya dengan terbata dan nafas tersengal.

“Kita harus ke rumah sakit lebih dulu,” Minrin menghidupkan mesin mobil dan bergegas tancap gas.

“Ttidak….eomma… aku harus menyelamatkannya,” ucap Ryeowook bersikeras yang berusaha untuk diabaikan Minrin. Ryeowook menarik tangan Minrin, membuat gadis itu nyaris menyerempet mobil lain.

“Kau terluka, bagaimana kau menyelamatkannya jika kau terluka?” tanya Minrin bersikeras nyaris berteriak karena khwatir.

“Kumohon….. aku harus menyelamatkannya,” kali ini Ryeowook memohon. Tenaganya sepertinya hampir habis dan ia hanya bisa menatap ke arah Minrin memohon.

Minrin melirik ke arahnya, tidak yakin dan juga tidak tega. Tapi akhirnya ia menyerah, ia pun langsung memutar balik mobil itu. Entah apa yang membuatnya membantu Ryeowook. Ia hanya ingin melakukannya, meskipun saat ini ibu dan adiknya sendiri juga bisa dalam bahaya. Meskipun sebenarnya ia tidak boleh terlalu percaya pada Ryeowook. Ia hanya ingin bebas untuk bisa bertemu ibu dan adiknya yang diharapkannya sudah pergi menuju pelabuhan kapal yang akan membawanya ke Korea seperti pesannya kemarin.

“Di daerah pinggiran dekat pelabuhan ada sebuah gudang yang tak terpakai. Kim Donggun sering bersembunyi di sana. Kurasa dia membawanya ke sana,” ucap Minrin saat perjalanan.

Ryeowook mengerti dan menurut. Awalnya ia tidak ingin mempercayai Minrin, tapi apa yang sudah dilakukan gadis itu saat menyelamatkan Ryeowook mau tidak mau membuat Ryeowook ingin mempercayainya sekali lagi.

Perjalanan sedikit memakan waktu. Minrin  terlihat semakin khawatir saat melihat kondisi Ryeowook yang pucat. Ia berhenti di rest area saat akan keluar dari kota. Ryeowook memejamkan matanya, mungkin tertidur atau melakukannya untuk mengurangi rasa sakit tapi yang jelas saat Minrin menatapnya lagi, rasa kasihan, khawatir dan sedikit ketakutan kembali menyelimutinya. Ryeowook perlahan membuka matanya saat menyadari mobil berhenti. Ia mendongak dan menatap Minrin yang tengah memperhatikannya.

“Kenapa kita berhenti?” tanyanya.

“Aku akan membeli minum dan juga obat untukmu. Aku berjanji tidak akan kabur, kumohon…aku hanya ingin menolongmu,” jawab Minrin tanpa ragu.

Ryeowook memperhatikannya sejenak. Jujur saja, ia tidak khawatir jika Minrin memang akan kabur. Karena entah keyakinan dari mana lagi, tapi Ryeowook merasa Minrin bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ryeowook pun mengangguk. Minrin tersenyum kecil lalu setelah itu ia pun bergegas turun dan masuk ke dalam sebuah toko.

Ryeowook sudah memejamkan matanya lagi saat Minrin kembali. Melihatnya seperti itu membuat Minrin semakin tidak tega. Bagaimana bisa wajah yang selalu meyakinkannya untuk tidak terluka sekarang justru tidak berdaya menahan sakit. Dulu Minrin melihat Ryeowook yang selalu menenangkannya untuk tidak khawatir, tapi sekarang laki-laki itu justru membuatnya khawatir luar biasa.

“Aku menyuruhnya untuk tidak terluka, Ryeowook-ssi,” gumamnya lirih. Tangannya terulur maju ingin menyentuh wajah pucat itu, mengusap keringat dingin yang mengalir di dahinya. Gerakannya terhenti ketika Ryeowook membuka matanya lagi. Buru-buru Minrin menurunkan tangannya.

“Aku membelikan obat pereda rasa sakit. Minumlah….,” ujarnya sambil mengulurkan sebuah tablet obat dan sebotol minum. Tanpa bertanya ataupun mencurigai apapun, Ryeowook menerimanya dan meminumnya.

“Terimakasih,” ucapnya.

Minrin mengangguk dan tersenyum kecil. Setelah itu ia kembali melajukan mobilnya. “Kita akan sampai dalam waktu satu jam,” ucapnya.

***

Sudah hampir tengah malam saat mobil yang mereka kendarai berhenti agak jauh dari sebuah gudang tua yang dimaksud Minrin. Sebuah lampu menyala terlihat dari kaca usang yang tertutup balok kayu yang menandakan ada orang di sana. Minrin menoleh ke arah Ryeowook lalu bertanya. “Apa yang akan kita lakukan sekarang?”

“Jika Kim Donggun menginginkanku, dia tidak akan membunuh ibuku begitu saja. Dia pasti akan menggunakannya untuk membuatku menuruti perintahnya. Rencanaku adalah menyerah padanya,” jawab Ryeowook dengan penuh pemikiran.

“Apa? Tapi jika kau melakukannya…..,”

“Aku tahu dia bisa membunuhku juga,” sahut Ryeowook sebelum Minrin menyelesaikan ucapannya. “Aku akan membuat NIS menangkapnya,” lanjutnya sambil menoleh ke arah Minrin.

“Ryeowook-ssi….,”

Ryeowook tahu apa yang akan terjadi jika ia menyerahkan Kim Donggun pada NIS, Minrin sudah pasti akan ikut di tangkap. “Maafkan aku, Minrin-ya…, aku berjanji akan membantumu,” ucapnya kemudian. Ini kali pertama Ryeowook mengucapkannya dengan suara yang selalu digunakannya setiap kali memohon pada Minrin.

Minrin menatapnya. Air matanya ingin tumpah, tapi ditahannya. “Kuere…,” ucapnya kemudian.

Ia sudah tahu bahwa sekarang adalah akhir untuknya. Tidak masalah bagi Minrin, yang terpenting ibu dan adiknya selamat dan Ryeowook juga bisa menyelamatkan ibunya. Minrin ingin mempercayai Ryeowook seperti dulu.

Ryeowook menatapnya dengan tatapan yang selalu digunakannya saat menatap Minrin dulu. Membuat Minrin ikut menatapnya.

“Aku ingin bertanya satu hal padamu, Minrin-ya,” ujar Ryeowook kemudian. Minrin menaikkan sedikit alisnya, penasaran lalu mempersilahkannya.

“Selama kita menghabiskan waktu bersama, apa kau pernah mencintaiku?” tanyanya.

Sesuatu seakan meremas hati Minrin dengan kuat hingga membuatnya merasa sakit seketika. Ia tidak langsung menjawab melainkan terus menatap Ryeowook. Ia tidak ingin berbohong jika waktu yang telah dihabiskannya bersama Ryeowook adalah waktu yang paling membahagiakan untuknya. Ia tidak pernah merasakan kebahagian itu sejak terpisah dari ibu serta adiknya.

“Yang aku tahu aku senang saat menghabiskan waktu bersamamu,” jawabnya tanpa ragu. Ryeowook mengulas senyum setelah itu. Senyuman tulus yang pertama Minrin lihat setelah pertemuannya tadi siang. Minrin merindukan senyuman itu. Ia merindukan laki-laki itu.

Tanpa mengucapkan apapun Ryeowook pun turun dari mobil, “Jika terjadi sesuatu segera hubungi Kyuhyun. Setelah itu, kau pergilah dari sini karena NIS tetap akan menangkapmu. kau mengerti kan? ” Minrin menatapnya dengan ekspresi khawatir.

“Aku percaya padamu, Minrin-ya…,” ucap Ryeowook sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Minrin hanya menatapnya, khawatir, takut dan semua perasaan-perasaan negatif yang tak menentu yang menjadi satu.

***

Sepuluh menit berlalu, dan tidak ada tanda-tanda Ryeowook akan keluar dari menara itu. Minrin semakin dibuat risau. Kedua tangannya memegang erat ponselnya.

 Apa yang harus dilakukannya?

Sementara itu di sebuah ruang lebar di gudang itu, Hyerim duduk dengan tangan terbogol pada sebuah tiang. Wajahnya agak pucat, keringat membanjiri dahinya. Tidak jauh dari tempatnya duduk Ryeowook berdiri dengan pistol yang diarahkan padanya.

“Kau benar-benar seperti ibumu.” Kim Donggun yang duduk santai di depannya tertawa pelan. “Bagaimana aku bisa percaya kau tidak akan membawa teman-temanmu datang kemari?” tanyanya santai.

“Kau bisa membunuhku sebelum aku melakukan itu. Bukankah itu yang selalu kau lakukan? Membunuh orang yang mengancam keberadaanmu.” Ryeowook membalas dengan penekanan membuat Kim Donggun justru tertawa semakin keras.

Rasa ngilu menyergap lengannya, saat Kim Donggun menarik lengannya. Laki-laki itu tahu Ryeowook sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk melawan, dan ia benar-benar memanfaatkannya.

Tapi Kim Donggun sepertinya tidak berniat melukai Ryeowook lebih banyak lagi untuk sekarang. Ia justru mengambil pistol miliknya dan mengarahkannya pada Hyerim, membuat Ryeowook bereaksi tapi tetap tidak bergerak karena sewaktu-waktu Kim Donggun bisa saja menembak.

“Kau bilang ingin melakukan apapun untuk menyelamatkannya bukan? Kalau begitu pergilah, bawa Minrin pada NIS sebagai tersangka peledakan. Jika kau menolak, dia dan kekasihmu itu akan mati ditanganku,” ancam Kim Donggun.

Hyerim yang melihatnya hanya diam sambil terus menatap pada Ryeowook, berharap jika anaknya itu akan melakukan hal yang benar.

Kenyataannya, meskipun Ryeowook mengikuti kemaunan Kim Donggun ataupun tidak pada akhirnya ia, ibunya, Minrin dan orang-orang disekitar mereka bertiga tidak akan semudah itu lepas dari Kim Donggun. Jika Ryeowook mengikuti perintah Kim Donggun, bukan tidak mungkin laki-laki itu akan terus membuatnya melakukan hal serupa lalu ibu dan ayahnya akan menjadi korban. Dan jika ia menolak akan sama saja. Seperti itulah pikiran Kim Donggun. Ia akan menyingkirkan siapapun yang keberadaannya bisa mengancamnya.

 “Aku akan melakukannya, tapi kau harus berjanji tidak akan menyakiti ibuku,” katanya memutuskan yang langsung membentuk senyum di wajah Kim Donggun.

“Jika kau melakukan tugasmu dengan baik, ibumu akan selamat. Aku akan menjaminnya,” Kim Donggun membalas.

Ryeowook menatap ibunya sekilas dan melihat wanita itu sedikit menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan keputusan Ryeowook. Apalah yang bisa Ryeowook lakukan? Jujur saja ia tidak bisa menyerahkan Minrin pada pihak NIS meskipun kenyataannya gadis itu memang bersalah, tapi ia lebih tidak bisa melihat ibunya tersakiti.

Sekarang ia hanya berharap jika Minrin melakukan sesuatu sebelum mereka kehilangan Kim Donggun lagi.

***

“Cho Kyuhyun-ssi, aku butuh bantuanmu. Kim Ryeowook sedang bersama orang yang melakukan peledakan saat peresmian museum. Di pelabuhan pinggir kota ada sebuah gudang tua yang tak terpakai. Kumohon, bantu dia….”

Minrin tidak tahu apa yang dilakukannya ini sudah benar dan tidak akan menyulitkan Ryeowook serta ibunya. Tapi inilah yang bisa dipikirkannya untuk menghentikkan Kim Donggun. Ia menurunkan ponsel dari telinganya dan menghela nafas pendek.

Kim Donggun pasti akan melarikan diri lagi jika tidak ada yang menghentikkannya. Sekarang Minrin hanya berharap Kyuhyun mengerti apa yang diucapkannya.

Sementara itu Cho Kyuhyun hanya menatap ponselnya tidak paham. Ia bahkan belum sempat bertanya ada apa, tapi si penelepon sudah memutus sambungannya.

Mungkinkah terjadi sesuatu pada Ryeowook karena peledakan itu? apalagi tadi siang Ryeowook langsung menghilang saat terjadi peledakan dan Kyuhyun memang belum berhasil menghubunginya sampai sekarang. Ditambah lagi Kyuhyun sepertinya mengenal suara gadis itu.

Tidak butuh waktu lama untuk Kyuhyun berpikir, ia pun segera menghubungi rekan satu timnya. Hanya berselang tiga puluh menit, kini ia dan dua orang rekannya Lee Hyukjae dan Kim Jongwoon sudah berada di dalam mobil yang membawanya ke daerah Busan.

“Busan? Kau yakin?” Lee Hyukjae yang baru saja pulang masih terlihat lelah saat Kyuhyun menghampirinya dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

“Bisa saja gadis itu sedang menjebak kita, Kyu. Kenapa kau bisa percaya begitu saja?” kali ini Jongwoon yang bertanya.

Kyuhyun menoleh sekilas pada Jongwoon yang duduk di sampingnya lalu kembali memfokuskan diri menyetir. “Karena aku mengenal gadis yang meneleponku itu,” jawabnya.

“Siapa dia?”

“Shin Minrin,” jawab Kyuhyun lagi tanpa ragu.

“Shin Minrin kekasihnya Ryeowook?” tanya Hyukjae tidak percaya. Kyuhyun mengangguk.

“Memangnya ada Shin Minrin lain yang kita kenal?”

“Tapi bagaimana bisa? Bukankah mereka sudah putus?”

Kyuhyun memang tidak memastikan jika gadis itu adalah kekasih Ryeowook yang tiba-tiba menghilang beberapa bulan yang lalu, tapi entah kenapa ia punya perasaan bahwa gadis itu Minrin. Suaranya, Kyuhyun mengenal suara gadis itu. Lagipula akhir-akhir ini Kyuhyun diam-diam mencari tahu tentang penyelidikan rahasia yang sedang dilakukan Ryeowook. Rekannya itu sepertinya tengah mencari tahu agen-agen yang tergabung dalam kelompok 12D yang dikirim utara 2 tahun yang lalu. Dan salah satu agen 12D memiliki nama asli Kim Hyeae yang wajahnya mirip dengan Minrin. Hal itu biasa terjadi pada agen rahasia yang dikirim utara. Mereka akan mengganti identitas begitu sampai di selatan.

“Kurasa akan sangat panjang kalau diceritakan. Kalian hanya perlu tahu bahwa gadis itu tidak seperti yang kita kenal sebelumnya.” Kyuhyun melanjutkan. Hyukjae yang duduk di belakang menegakkan tubuhnya seketika. Mendadak rasa lelahnya hilang setelah mendengar penuturan Kyuhyun itu.

“Maksudmu, dia salah satu agen utara?” tanyanya yang awalnya berniat untuk bercanda tapi justru mendapat anggukan dari Kyuhyun.

“Apa? Kau serius?”

“Sulit dipercaya bukan? Aku mendengar pembicaraan Minrin dengan ibunya Ryeowook saat di rumah sakit tentang siapa gadis itu sebenarnya. Dan saat gadis itu tiba-tiba menghilang, aku semakin mencurigainya. Ryeowook mulai mencari tahu tentang kelompok yang dikirim utara selama ini. Dia menaruh perhatian besar pada kelompok 12D yang sepertinya dicurigai sebagai kelompok Minrin. Karena itulah ia bersikeras untuk masuk ke dalam tim kita dan melakukan penyelidikan tentang kelompok 12D” Kyuhyun menjelaskan. Baik Hyukjae maupun Jongwoon mendengarnya. Sulit dipercaya tapi memang seperti itulah kenyataannya.

“Kalau begitu bukankah kita harus mencurigainya? Bisa jadi ini jebakan.” Jongwoon menambahkan.

“Ya, awalnya aku juga bepikir seperti itu. Tapi Ryeowook tiba-tiba tidak bisa dihubungi sejak peledakan di acara peresmian tadi siang. Mungkin saja terjadi sesuatu padanya. Tidak ada salahnya kita mencari tahu. Lagipula jika ini jebakan, bukankah kita sudah biasa menghadapi agen seperti mereka?” Kyuhyun melirik ke arah Jongwoon dan juga Hyukjae melalui kaca mobil di atasnya. Meskipun kedua rekannya itu sepertinya tidak terlalu setuju tapi pada akhirnya menurut saja.

***

Setelah lebih dari satu jam Ryeowook keluar dengan langkah agak terseok karena menahan rasa sakit di lengan kiri atasnya. Minrin yang melihatnya langsung bergegas turun dari mobil. Gadis itu berlari dan segera membantu Ryeowook.

“Ryeowook-ssi, apa yang terjadi? Di mana eommonim?” tanyanya khawatir.

Ryeowook memandangnya sekilas tapi tidak menjawab dan memilih terus berjalan menuju mobil mereka. Saat ia akhirnya duduk di dalam mobil, Ryeowook pun menatap Minrin.

“Maafkan aku Minrin-ya,” ucapnya dengan rasa bersalah yang justru membuat Minrin mengernyitkan dahi bingung.

Kenapa Ryeowook harus minta maaf padanya?

Tepat saat itu sebuah mobil terdengar mendekat dan berhenti di depan mobil mereka. Ryeowook mendongak berusaha melihat siapa yang datang. Cho Kyuhyun keluar lebih dulu diikuti Jongwoon dan juga Hyukjae. Masih menahan rasa sakit, Ryeowook menoleh ke arah Minrin. Sepertinya gadis itulah yang menghubungi mereka. Ryeowook tidak mengatakan apapun, ia memilih keluar untuk menyambut ketiga rekannya itu. Tidak hanya itu, ia juga menyuruh Minrin untuk keluar.

“Ryeowook-ah, kau tidak apa-apa?” terdengar Kyuhyun yang berteriak saat melihat Ryeowook. Tapi laki-laki itu justru tersenyum pada Kyuhyun.

“Ya, aku tidak apa-apa. Seperti yang kau lihat aku menangkapnya. Aku menangkap orang yang melakukan peledakan itu,” ucapnya sambil menarik Minrin ke hadapan mereka.

***

CUT

Oke, awalnya pengen buat jadi dua part tapi kok jadi panjang banget jadinya. hehe makanya part 2 dipecah lagi… jadi total ada 3 part. mohon maaf kalau misal ada typo, and thanks for reading. 

3 thoughts on “(Fanfcition) The Key to Her Heart (2/3)

  1. Aduh ikut deg degan bacanya. Itu Kim Donggun kok nyebelin banget ya?
    Terus Minrin nasibnya gimana?
    Penasaran sama endingnya >_<

  2. Huueeeeeee 😭 ini kenapa jadinya begini?? Kasian minrin, eonnie… tapi aku juga bingung kalau dalam posisi ryeowook.. huweeee 😭 kok aku sedih ya?? Dilanjut eon.. aku tunggu lagi kelanjutannya… secret guardnya juga… fighting😊

  3. Huwee kasian mereka. Jadi saling bermusuhan gitu.
    Iyajuga sih bingung kalau misalnya aku posisinya kek ryeowook gitu. Terpaksa kan jadi ngasih minrin ke NIS kalau ngga mau ibunya knpa2 -_-
    Seperti biasa feelnya dapet banget kalau baca ff ff kmu. Ini berasa nnton film action castnya si unyu unyu kim ryeowook :3
    Bagus pokonya. Aku tggu klnjutannya yaa. Yg secret guard nya juga ^^

Leave a reply to wookpil Cancel reply