(FF Series) Secret Guard Part 2

secret guard 2

Tittle    : Secret Guard Part 2

Author : Whin (@elizeminrin)

Cast     : Shin Minrin, Kim Ryeowook, Cho Kyuhyun, Kim Jongwoon

Genre  : AU, Action, Romance, Revenge

Length : Chapter (7608 words)

Rating : PG 17

Disclaimer: This story is just Fanfiction, Super Junior members is not mine. I just have the story and artwork. Please, don’t copy paste it. Inspired by a movie called Abduction.

***

06.03 AM

Jendela di salah satu kamar rumah samping itu terbuka sedikit memperlihatkan kondisi ruangan bernuansa soft peace. Tirai putih penutup jendela mulai bergerak lembut seiring masuknya angin pagi. Dan pemandangan itu mendadak menjadi sesuatu yang menarik perhatian Ryeowook. Terdengar sangat aneh karena ini masih terlalu pagi untuk Ryeowook mengawasi gadis si empunya ruangan itu. Tapi sesuatu mendorongnya untuk diam dan memperhatikan. Bahkan untuk sesaat Ryeowook tidak berkedip saat melihat gadis itu sedang berjalan terburu-buru menuju mejanya, sedikit mengacak meja itu seperti sedang mencari sesuatu lalu meninggalkannya dengan setumpuk buku yang berceceran menuju depan cerminnya.

Ryeowook tidak pernah tahu bahwa mata coklat milik gadis bernama Shin Minrin itu akan membuatnya tertarik untuk menatapnya berlama-lama. Dia masih mengamatinya, bahkan mungkin dengan lekat. Tindakan yang sebenarnya bodoh. Tidak mungkin ia tiba-tiba tertarik padanya kan?

Dia akan merutuki dirinya sendiri kalau sampai itu terjadi. Dan bisa dipastikan ada sesuatu yang salah di otaknya jika itu benar-benar terjadi. Gadis itu sama sekali jauh dari kata menawan dan dia juga tidak punya kemampuan untuk berpenampilan baik. Itulah yang Ryeowook tangkap darinya sejak pertama kali bertemu. Tapi siapa yang menyangka ada sesuatu yang membuatnya menjadi obyek yang patut untuk diperhatikan? Sesuatu yang menurut Ryeowook terletak pada mata coklatnya itu.

Sepasang mata yang tidak disangka Ryeowook akan balas menatapnya. Dalam hati Ryeowook mengumpat, merutuki dirinya yang terlalu lama menatap ke jendela itu hingga membuatnya berada dalam situasi sekarang. Pegangannya di cangkir kopinya mengerat perlahan dan Ryeowook sendiri tidak tahu sejak kapan sudah menahan nafas. Gadis itu menangkap basah dirinya yang tengah menatapnya lekat. Dahinya mengernyit heran dan terlihat sekali dari sorot matanya bahwa dia tidak terima mendapat tatapan lekat dari Ryeowook. Hingga akhirnya Ryeowook sendiri memilih mengalihkan pandangannya atau dia akan terlihat semakin bodoh jika terus seperti ini. Dia beranjak pergi lalu menggeleng pelan berusaha mengeluarkan segala macam pikiran bodoh yang memasuki kepalanya. Tidak! Ia meyakinkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh tertarik padanya. Sama sekali tidak boleh. Bukankah itu akan sangat sulit jika di tengah perjalanan tiba-tiba ia tertarik atau yang lebih buruk jatuh cinta padanya?

Suara beep yang berasal dari ponselnya menyelamatkan Ryeowook hari ini. Dia menoleh, otaknya seakan menemukan kembali fungsinya. Dan ajaib jantungnya yang semula berdetak lebih cepat bisa kembali seperti semula saat perhatiannya teralihkan dari jendela rumah sebelah itu.

Sebuah pesan dari Jongwoon. Ryeowook membukanya dengan tidak bersemangat. Dia sudah bisa menebak isi pesan itu akan seperti apa. Kim Jongwoon pasti akan menanyakan bagaimana tugasnya sekarang, apa rumah barunya ini nyaman, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak penting.

Ryeowook mendesis pelan saat membaca pesan itu yang isinya memang persis seperti yang ia duga sebelumnya. Dia sudah berniat melempar ponsel itu kembali ke sofa saat matanya menangkap permintaan bertemu di akhir kalimat. Bukan meminta sebenarnya karena jika Jongwoon mengatakannya langsung kedengarannya akan memaksa. Ryeowook mendesah pelan lalu bergegas menuju kamarnya, meninggalkan jendela ruang tengahnya yang masih terbuka memperlihatkan jendel kamar sebelah

***

Minrin mengernyit heran sekali lagi saat melihat pria di balik jendela rumah sebelah itu pergi. Kedua mata indahnya masih belum sedikitpun melepaskan diri dari pemandangan yang baru saja dilihatnya. Seorang pria yang tidak dikenalnya tiba-tiba saja memperhatikannya.

 “Apa-apaan dia?” dengusnya dengan kesal.

Seenaknya saja mengamati orang lain. Dan Minrin bersumpah, pria yang baru saja pindah rumah itu pasti sudah lama berdiri di sana. Minrin sendiri tidak ingin menerka-nerka pikiran apa yang ada dalam otak pria itu saat memperhatikannya. Astaga! Sangat menyebalkan. Kesannya seperti ada pria mesum yang tengah memperhatikannya. Dengan keras, Minrin pun menutup jendela kamarnya dan menggeser tirai putih yang menutupinya.

Benar-benar mengesalkan. Sikapnya seperti seorang penguntit saja. Apa pria itu memang bukan orang baik-baik? Ya Tuhan, memikirkannya saja membuat Minrin teringat kejadian semalam.

Sepanjang anak tangga itu, Minrin mungkin akan terus menggerutu tidak jelas dengan langkah kaki keras menghentak lantai rumahnya jika saja ayahnya tidak menyapa dan menghentikkan tingkah konyolnya itu. Dia menoleh dan melihat ayahnya yang sedang duduk santai di taman belakang. Seperti biasanya, sebuah koran hari ini dan secangkir kopi menemani waktu senggangnya. Gadis itu mengernyit keheranan sebelum menghampiri sang ayah pelan.

“Kenapa Appa masih di rumah?”

Pertanyaannya terlontar mengikuti pikirannya yang memang heran karena melihat ayahnya masih berada di rumah pagi ini. Hari-hari sebelumnya, Minrin akan melihat ayahnya itu pergi pagi-pagi sekali karena urusan pekerjaan dan pulang agak malam.

“Appa yang ingin bertanya padamu. Kenapa wajahmu sangat kesal seperti itu?”

Sama sekali bukan pertanyaan yang ingin Minrin dengar. Dengan tersenyum gadis itu memilih duduk di samping ayahnya, sebelum memberikan jawaban yang sudah pasti akan membuat ayahnya itu tertawa. “Ada pria yang tadi baru saja memperhatikan puterimu ini seakan-akan ingin menelannya bulat-bulat,” jawab Minrin melebihkan. Dia mendengus lagi dengan keras.

“Pria?”

“Ya, pria tetangga sebelah yang baru saja pindah,” jawabnya tidak peduli. Lalu seperti dugaannya, Shin Jaeseok -ayahnya itu- hanya terkekeh pelan

“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Kau bahkan belum bertemu dengannya, Minrin-ya.”

“Coba Appa pikir apa yang dilakukan pria yang berlama-lama melihat kamar seorang gadis? Kalau bukan pria mesum apa lagi?”

Gelak tawa Shin Jaeseok itu mau tidak mau membuat Minrin makin mendengus kesal. “Jadi itu yang kau pikirkan?”

“Tentu saja!”

Aigoo…aigoo…. dia bukan pria mesum, namanya Kim Ryeowook.” Ayahnya menepuk pundak puterinya itu dengan pelan.

“Aku tidak peduli siapa namanya.”

“Tsskkk…., Appa beri tahu rahasia padamu,” ucap Shin Jaeseok kemudian.

Minrin menoleh tidak terlalu berminat. “Jika itu tentang kisah cinta Appa dan eomma, aku tidak mau mendengarnya,” sahutnya.

Eiiiisss, Dengarkan Appa dulu! Tidak semua pria yang memandang lekat seorang gadis memiliki pikiran mesum. Bisa saja karena mereka benar-benar tertarik. Dan tentu saja melihat adalah salah satu cara untuk jatuh cinta.”

Minrin sudah menyipitkan matanya pelan sejak ayahnya itu memulai petuahnya. Dia sudah ingin memprotes dan rasanya sedikit menggelikan mendengar nasehat cinta dari ayahnya yang tentu saja baru kali ini didengarnya.

Appa kemanhae, Ini benar-benar menggelikan. Kenapa Appa masih disini? Tidak bekerja?” sahut Minrin cepat sesaat sebelum ayahnya itu kembali memulai petuahnya.

“Hmm, appa libur hari ini.” Beruntung sekali ayahnya itu bisa dialihkan.

Tidak bisa dipercaya ayahnya yang biasanya sangat disiplin waktu –tidak seperti dirinya- meninggalkan pekerjaannya  dengan seenaknya begini. Ya.. meskipun ayahnya baru saja diangkat menjadi seorang direktur, tapi bukan berarti ayahnya bisa bersantai di rumah seperti ini kan? Padahal biasanya ayahnya akan berpergian ke luar daerah bahkan kadang harus ke jepang. Dan tiba-tiba saja dia berdiam diri di rumah seperti ini, bukankah sedikit aneh?

Aigoo, appa libur atau meliburkan diri? Sejak kemarin appa selalu berangkat pagi dan terlihat sangat sibuk dan sekarang appa justru meliburkan diri. Bukankah ini aneh? Appa tidak dipecat kan?” Min Rin menebak asal yang langsung di sambut tawa oleh ayahnya lagi.

 “Mwoya? Tentu saja tidak. Appa benar-benar libur. Jadi kalau kau ada kuliah hari ini, appa bisa mengantarmu dari pada kau harus naik bus,” sahut ayahnya kemudian.

Dwesso. Aku lebih suka naik bus. Biasanya meskipun appa libur, aku tetap disuruh naik bus.” Minrin mendengus berpura-pura kesal.

Ayahnya tertawa lagi dan itu justru membuat Min Rin semakin berpura-pura memasang wajah cemberut. “Appa hanya mengkhawatirkanmu. Akhir-akhir ini banyak sekali kejahatan di jalan termasuk di dalam bus.” Ayahnya berkomentar.

Lalu mendadak Min Rin kembali teringat dengan kejadian tadi malam. Saat orang asing itu mengikutinya sejak dari Mouse Rabbit sampai di rumahnya. Orang itu bukan salah satu orang jahat yang dimaksud ayahnya kan? Oh.. kenapa mendadak ia menjadi takut? Bagaimana jika orang itu memang orang jahat, lalu mungkin saja ia akan mencegat Minrin di jalan, menculiknya, dan setelah itu bisa saja ia dijual di pasar gelap atau yang lebih buruk di bunuh dan diambil organnya lalu dijual.

Andwee!

Ia mengerjap pelan lalu menoleh pada ayahnya. “Appa..” panggilnya pelan.

Wae?”

Aniyo. Tidak ada apa-apa.” Dia hampir bercerita tentang kejadian semalam tapi diurungkannya. “Tidak usah mengantarku. Kalau appa khawatir, aku bisa menyuruh Kyu Hyun menjemputku,” lanjutnya berujar pelan.

Ayahnya hanya tersenyum dan mengangguk. “Kuere, itu lebih baik,” balasnya.

“Kalau begitu aku masuk dulu. Appa jangan terlalu lama di luar, udara sangat dingin,” ucapnya lagi. Ia pun beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah meninggalkan ayahnya.

Dan tanpa disadarinya sang ayah ternyata memperhatikannya. Khawatir.

***

10.00 AM

Mouse Rabbit

Coffe shop itu terlihat ramai. Dan tentu saja alasannya bisa ditebak. Kim Jongwoon akan mengambil part time job nya siang ini. Di salah satu kursi yang menghadap ke jendela samping itu terlihat seorang pria berjaket hitam tengah duduk dengan secangkir Americano di tangannya.. Pria itulah alasan Jongwoon merelakan jam makan siangnya untuk bekerja part time di Mouse Rabbit. Pria bernama asli Kim Ryeowook yang sudah dianggapnya sebagai adik.

Hyung, Aku tidak tahu Hyung sudah kembali ke Korea.” Jongjin menghampiri Ryeowook dan mengambil tempat duduk di depan pria itu. Kedua matanya tanpa sadar sudah memperhatikan dengan seksama wajah pria yang sudah menjadi sahabat hyungnya sejak beberapa tahun ini.

Jongjin memang jarang bertemu dengan pria bermarga Kim itu. Tapi dia tidak pernah lupa cerita tentang pria itu yang harus menghadapi kedua orang tuanya terbunuh 20 tahun yang lalu. Sebuah cerita yang terus menerus diulang oleh Jongwoon.

Ryeowook balas tersenyum sebentar sembari memainkan cangkir berisi kopi dari Jongjin. “Sebenarnya aku lebih suka di Amerika,” jawabnya santai.

“Yeah, kudengar Hyung memang tidak ingin kembali lagi. Aku tahu itu, meskipun Amerika mempunyai kenangan yang buruk untuk Hyung, tapi di sana lah Hyung merasakan kebersamaan bersama paman dan bibi. Benar kan?”

Ryeowook tersenyum lagi, diam-diam membenarkan ucapan Jongjin itu, “Entahlah.. aku tidak ingin mengingatnya lagi. Tapi kurasa karena mereka jugalah aku ingin kembali ke Korea sekarang,” ucapnya membenarkan.

Siapapun pasti akan berpikir dua kali untuk tetap tinggal di tempat yang memberikanmu kenangan buruk. Itu jugalah yang dipikirkan Kim Ryeowook. Ia awalnya memang sangat ingin pergi dari tempat itu. Tempat di mana ia dibesarkan dan berakhir menjadi tempat paling dibencinya. Tapi itu dulu, karena nyatanya Chicago terlalu banyak meninggalkan kenangan indah untuknya. Di tempat itulah ia merasakan kehidupan yang hangat bersama keluarganya. Sesuatu yang tidak pernah lagi didapatnya setelah kejadian 20 tahun yang lalu.

Ryeowook menyesap lagi kopinya tepat saat pintu coffe shop terbuka dan memperlihatkan sang Direktur Kim Jongwoon melenggang masuk. Keduanya menoleh ke arah pintu begitu melihat Jongwoon. Pria itu lah yang tadi pagi mengirimi Ryeowook pesan untuk datang ke coffe shop ini. Dan hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah dua tahun terakhir, sejak Ryeowook memutuskan berhenti aktif dari NIS dan menetap di Amerika.

“Oke, aku tinggalkan kalian bicara. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Jongjin mengedikkan bahunya kecil lalu melangkah pergi begitu melihat kakaknya datang mendekat.

“Terima kasih americanonya.”

Jongjin mengangguk lalu benar-benar pergi saat Jongwoon datang dan memberi tanda padanya untuk tidak mengganggu pembicaraan yang akan dilakukannya dengan Ryeowook. Ryeowook melihat sekilas Jongjin yang berdecak tidak terima pada kakaknya itu, tapi langsung berlalu tanpa banyak protes.

“Akhirnya kau kembali, Nathan Kim” Ryeowook berdiri menyambut sahabat lamanya itu. Menerima pelukan singkat dari pria yang dikenal Ryeowook itu sebentar lalu kembali duduk di tempatnya

“Jangan memanggilku Nathan lagi.” Ryeowook menyela ucapan Jongwoon barusan

Arraso..arraso, Kim Ryeowook.” Jongwoon berucap cepat dan mengangguk-angguk.

Namanya bukan lagi Nathan Kim, seorang agen terbaik yang dimiliki NIS tapi ia hanya ingin dikenal sebagai seorang Kim Ryeowook. Ya.. meskipun dia masih menjadi anggota badan rahasia Korea Selatan itu, tapi dia sudah tidak menjadi anggota aktif sejak satu tahun yang lalu . Dua tahun yang lalu, Ryeowook memilih pergi ke Amerika, meninggalkan semua kehidupannya di Korea termasuk mengabaikan permintaan pamannya untuk kembali menjadi agen aktif. Permintaan yang kini akhirnya dia terima dengan terpaksa. Yah..dia kembali setelah sekian lama. Tapi kepulangannya ke Korea bukanlah untuk memenuhi permintaan pamannya untuk kembali menjadi agen aktif NIS. Dia hanya akan menerima pekerjaan dari pamannya itu untuk terakhir kalinya.

Sudah lama sebenarnya dia ingin mengundurkan diri dan berhenti dari dunia mata-mata. Dan semua itu sudah direncanakannya bahkan sebelum memutuskan kembali ke Korea. Ia hanya ingin hidup yang normal dan tidak ada kepura-puraan karena itulah ia sudah bertekad melepas nama kecilnya itu beserta semua kenangan yang melekat padanya. Tiba-tiba ingatannya tentang kejadian 10 tahun yang lalu kembali membangkitkan rasa kehilangan itu lagi. Sejenak Ryeowook hanya menatap cangkir kopinya sebelum akhirnya Jongwoon menyadari perubahan raut wajah itu.

“Kau sama sekali tidak berubah. Aku masih tidak percaya pamanmu bisa membujukmu kembali,” ujar Jongwoon kemudian, menyadarkan Ryeowook yang hampir terhayut dalam ingatan lamanya.

“Dia akan terus melakukannya meskipun aku sudah menolaknya. Jadi tidak ada pilihan selain menerima tawaran itu.”

Ya itu benar. Keputusannya kembali memang tidak lepas dari campur tangan pamannya. Pamannya itu memang satu-satunya orang dibalik kepulangannya ke Korea dan bergabungnya dirinya dengan NIS lagi. Seperti katanya tadi, sebanyak apapun Ryeowook menolak, pamannya tidak akan berhenti membujuknya pulang. Telinganya sampai panas setiap kali mendengar kalimat bernada memohon untuk pulang itu diucapkan pamannya. Dia memang tidak punya pilihan. Alasannya tentu saja bukan sepenuhnya karena sang paman, tapi juga balas dendamnya pada orang-orang di organisasi hitam I.L yang 20 tahun lalu merenggut nyawa kedua orang tuanya. Maka dari itulah ia memutuskan pulang dan bahkan bersedia bergabung dengan tim 1315. Setelah pekerjaan itu selesai, Ryeowook sudah memikirkan untuk pergi dari Korea, dan menetap selamanya di Amerika.

“Jadi kau mulai bekerja lagi di NIS?” tanya Jong Woon memastikan.

“Begitulah…, Kurasa dalam hal ini aku akan membutuhkan bantuanmu.”

Mwoya?” Jong Woon tertawa pelan mendengar ucapan Ryeowook barusan. “Aku rasa kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan. Kau salah satu yang terbaik yang dimilki NIS.” Dua tahun tidak menjadi agen aktif bukan berarti Ryeowook kehilangan kemampuannya. Jongwoon sangat tahu kemampuan juniornya itu.

Jongwoon mungkin lebih senior di bandingkan Ryeowook. Tapi soal pengalaman, Jongwoon harus mengakui bahwa Ryeowook lebih baik darinya. Meskipun tidak lagi menjadi anggota aktif sejak dua tahun yang lalu, tapi tidak ada yang bisa meragukan kemampuan Ryeowook sebagai seorang agen rahasia. Pria itu mungkin lebih kecil dibandingkan Jongwoon, tapi semua orang di NIS juga tahu kalau Ryeowook adalah penembak jitu. Dia berperan penting saat tertangkapnya kaki tangan Kim Donggun lima tahun yang lalu. Dan tentu saja tembakannya saat melumpuhkan pembunuh bayaran yang disewa untuk membunuh mantan orang nomor satu di Korea Selatan tiga tahun yang lalu tercatat dalam sejarah NIS.

“Aku sudah lama meninggalkan NIS, Hyung. Lagipula sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan pekerjaan ini.”  Ryeowook membalas pelan.

“Aku mengerti, Ryeowook-ah, tapi gadis itu… kita harus memastikan hidupnya baik-baik saja. ” terdengar desahan pelan dari Ryeowook saat mendengar kalimat yang diucapkan Jongwoon itu. Dan kalimat itu jugalah yang selalu diucapkan pamannya untuk membujuknya, sampai-sampai Ryeowook bosan mendengarnya.

Iya, dia sadar itu. Kim Donggun mengincar gadis itu dan juga data penting yang berusaha dilindungi kedua orang tuanya dengan mati-matian. Tentu saja Ryeowook tidak pernah lupa. Pamannya hampir setiap kali mengingatkannya sejak dulu.

“Hanya 6 bulan. Setelah itu aku akan mengundurkan diri.” Ryeowook melanjutkan. Bisa dilihat Jongwoon menatapnya tidak percaya.

“Jadi itu benar? Bahwa kau akan berhenti?”

Ryewoook mengangguk dan bergumam membenarkan. Entah darimana Jongwoon mengetahui tentang keinginan Ryeowook itu. Jongwoon memang hanya mendengar berita ini dari teman-temannya di NIS. Tapi tidak disangkanya Ryeowook benar-benar berencana berhenti. Diperhatikannya sahabat yang sudah dianggapnya adik itu dengan lekat.

Jongwoon tahu persis seperti apa pengorbanan yang dialami Ryeowook selama ini. Ryeowook kehilangan kedua orang tua saat masih kecil hanya karena sebuah data konyol yang diincar I.L dan juga NIS.  Sejak saat itu Ryeowook tinggal bersama pamannya. Dididik menjadi seperti ayahnya dan kehilangan masa kecil dan juga remajanya. Ryeowook tumbuh menjadi orang yang dingin dan tidak banyak bicara. Mungkin hanya Jongwoon yang berhasil menjadi orang yang dipercayainya.

“Kau yakin dengan keputusanmu?” tanya Jong Woon memastikan sekali lagi. Namun Ryeowook terlihat sangat tidak suka membiacaran keinginannya untuk resign dari badan rahasia Korea Selatan itu.

“Ya.. sudahlah tidak usah dibahas lagi,” selanya cepat. Dia benar-benar tidak ingin membahas itu lagi. Ryeowook melakukan ini hanya untuk membalas dendam pada Kim Donggun. Tidak ada alasan lain untuknya bertahan di NIS, dan juga tidak ada alasan untuknya tetap berada di Negara ini.

Tepat saat itu lonceng kecil di atas pintu masuk berbunyi. Pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok gadis berpakaian kasual masuk dengan santai. Satu-satunya obyek yang berhasil membuat Ryeowook dan juga Jongwoon mengalihkan perhatian hanya padanya.

“Kau sudah bertemu dengannya kan? Dia bekerja part time di sini.” Jongwoon berujar pelan, masih melihat ke arah gadis bernama Minrin yang sekarang sedang menghampiri Jongjin di meja kasir.

“Aku tahu. Aku melihatnya keluar bersama Jongjin kemarin.” Ryeowook juga masih memperhatikan gadis itu.

Sosok gadis bernama Shin Minrin yang jika diperhatikan secara lekat memang terlihat cantik. Sweater abu-abu dipadukan dengan celana jeans berwarna gelap dan juga sepatu boots bernada serupa membuatnya tampak sederhana. Wajahnya yang dipoles make up tipis serta rambut coklatnya yang tergerai ke belakang berhasil mengubah kata ‘sederhana’ itu menjadi ‘sedikit mempesona’. Untuk kedua kalinya sejak pagi tadi, Ryeowook dibuat tidak berkedip hanya karena menatapnya.

“Eiyy seolma… kau sudah mulai menjalankan misimu? Jinjja?” seru Jongwoon tidak percaya.

“Aku sudah bertemu dengan Shin Jaeseok dan juga Han Eonji.” Ryeowook mengakui.

Jinjjayo?”

Ryeowook mengangguk, lalu dengan enggan  mengalihkan pandangannya ke arah lain. Entah kenapa, dia merasa menatap sosok gadis itu terlalu lama akan menimbulkan efek yang aneh dalam dadanya. Perasaan menggelikan yang sejak pagi tadi mengganggunya. Dia mengabaikan keterkejutan Jongwoon karena penuturannya itu dan lebih memilih menyesap kembali americanonya.

Shin Minrin, gadis yang tadi menjadi bahan perbincangan antara Ryeowook dan juga Jongwoon. Seorang gadis yang kini mati-matian harus dijaga keselamatannya oleh NIS. Anggota badan resmi inteligen Korea itu yakin bahwa gadis itulah kunci keberadaan data penting yang dulu merenggut nyawa orang tua Ryeowook. Menjaga gadis itu tetap aman berarti menjaga data tersebut tetap di tempat yang aman juga.

Gadis bernama Minrin itu sekarang sudah berdiri di depan Jongjin dan terlihat berbicara padanya. Kedua matanya menelusuri seluruh ruangan yang penuh dengan pengunjung wanita. Hanya menangkap beberapa laki-laki di sana, termasuk seorang pria yang tengah berbicara pada Jongwoon. Tatapannya berhenti pada pria itu. Kedua matanya membula seketika saat menyadari siapa pria yang duduk bersama Jongwoon itu. Pria yang tadi pagi memperhatikannya seperti penguntit. Pria yang kalau tidak salah namanya Kim Ryeowook. Minrin buru-buru mengalihkan tatapannya saat tanpa diduga pria itu balas menatapnya.

“Kenapa dia bisa ada di sini?” gumamnya sendiri.

Nugu?” Jongjin yang masih berdiri di depannya menyahut keheranan.

 “Pria yang duduk dengan Jongwoon oppa, kau mengenalnya?” tanya Minrin kemudian, menunjuk dua pria di meja nomor 7 itu dengan ekor matanya.

“Pria itu? Tentu saja, dia sahabat hyung yang baru kembali dari Amerika.” Jongjin menjawab lalu menyerahkan segelas kopi Americano pada Minrin. “Untuk Jongwoon hyung,” katanya tanpa diduga Minrin.

Gadis itu sedikit enggan tapi kemudian tanpa banyak bicara lagi langsung mengantarkan pesanan itu untuk bosnya. Sejenak ia memperhatikan lagi pria yang duduk di depan Jongwoon itu. Seorang pria yang memiliki ekspresi dingin. Melihat wajah itu sekali lagi saja sudah membuat Minrin mengumpat kesal. Sejak awal pria itu memiliki image buruk dimatanya meskipun tanpa sekalipun bertegur sapa.

“Terimakasih, Minrin-ya,” ucap Jongwoon ketika Minrin meletakkan segelas kopi di depannya.

Lalu tepat saat itu, tanpa Minrin menduga lagi Ryeowook kembali menatap ke arahnya. Tindakan yang langsung membuat Minrin menegang di tempatnya. Bukan karena tatapan itu masih sama dingin dan menusuknya seperti tadi, tapi karena Minrin bisa merasakan hal berbeda dari tatapan itu. Ia seperti pernah melihat mata itu. Entah  di mana dia pernah melihat kedua mata itu.

“Dia Kim Ryeowook. Aku yakin kau sudah tahu tentangnya, bukan?” Jongwoon memperkenalkan Ryeowook. Minrin segera menghentikkan tatapannya lalu menoleh dan tersenyum pada Jongwoon.

 “Ya,  tentu saja. Kau yang baru saja pindah di samping rumahku, benarkan?” Ryeowook ikut mendongak dan manatap Minrin sekali lagi “Ibuku sudah menceritakan tentangmu. Senang bertemu denganmu, Kim Ryeowook-ssi.” Minrin lantas membungkukkan badannya.

Ryeowook hanya diam tanpa sedikitpun berusaha membalas tata krama yang baru saja dilakukan Minrin. Pria itu justru mengalihkan fokusnya pada ponsel di mejanya. Sikap yang lagsung membuat Minrin mendengus kecil. Mereka baru pertama kali bertemu dan Minrin harus mengakui bahwa pria bernama Kim Ryeowook itu sangat menyebalkan.

Bukankah itu cara yang kurang sopan bekenalan dengan tetangga baru? Minrin memilih diam dan memalingkan mukanya saat perhatian Ryeowook kemudian beralih pada Jongwoon “Hyung, kurasa aku harus pergi. Kita bertemu lagi nanti,” ucapnya.

“Ah..kuere.”

Lalu setelah itu Ryeowook pun beranjak dari tempat duduknya. Pria itu memperhatikan Minrin sekilas sekali lagi sesaat sebelum berlalu. Sedangkan Minrin sudah menahan rasa kesal yang hampir mencapai ubun-ubunnya karena sikap pria yang baru dikenalnya itu. Bagaimana bisa orang itu bisa bersikap cuek dengan orang yang menjadi tetangga barunya?

Minrin menghela nafas berat saat Ryeowook sudah benar-benar keluar dari coffe shop itu. “Apa-apaan itu? Dia menyebalkan sekali.” Dengusnya.

Jongwoon yang masih berdiri berada di tempat itu hanya bisa tekekeh pelan. “Jangan begitu, dia tetanggamu, Minrin-ya. Berlakulah baik dengannya.”

“Yeah, kurasa aku akan berlaku baik kalau dia mengubah sikapnya itu. Aisshh..!!”

Jongwoon tekekeh lagi dan menepuk pundak Minwin keras. “Kuere…kuere!! Kembali bekerja.” Serunya dan mendorong Minrin pelan menuju dapur.

***

National Intelegence Security (NIS)

11.45 AM

National Intelligence Service atau yang dikenal dengan NIS adalah badan resmi intelijen Korea Selatan. Keberadaannya hampir sama seperti CIA di Amerika, memiliki anggota terlatih yang bertugas untuk memberantas tindakan yang mengancam negara. Setidaknya ada 120 an anggota terlatih yang tergabung di NIS. Beberapa diantara mereka tergabung dalam tm 1315, sebuah tim yang dibentuk dan diresmikan oleh presiden Korea sendiri untuk menyelesaikan kasus yang terjadi 15 tahun yang lalu. Kasus yang tentu saja melibatkan organisasi hitam I.L.

NIS terletak di Naegok-dong, Seoul. Gedung yang memiliki tiga lantai itu memiliki fasilitas super canggih, termasuk di dalamnya ruang pelatihan bela diri dan menembak. Perkantoran milik NIS merupakan salah satu gedung perkantoran milik pemerintahan yang memiliki alat-alat canggih dan system keamanan yang mustahil ditembus orang luar. Keamanannya hampir menyamai keamanan istana presiden atau bahkan mungkin lebih baik dibandingkan istana presiden sendiri.

Ryeowook baru saja memasuki gedung itu untuk pertama kalinya sejak kembali dari Amerika. Matanya sibuk memperhatikan keadaan NIS sekarang ini, dan baginya memang tidak ada yang berubah. Langkah kakinya kemudian membawanya menuju sebuah ruangan bersekat kaca anti peluru di bagian belakangnya. Ruangan yang dulu sering digunakan untuk menghabiskan waktunya. Beberapa orang terlihat berada di dalam ruang itu lengkap dengan peralatan menembaknya.

“Nathan Kim?”

Suara berat seorang pria yang sudah sangat dihafal Ryeowook menginterupsi kegiatannya. Dia menoleh dan melihat pria yang berhasil memaksanya kembali itu berdiri dengan dua orang asisten di kanan kirinya. Ryeowook sama sekali tidak terkejut melihatnya. Pamannya itu adalah seorang pemimpin tertinggi di sini, jadi wajar saja dia mempunyai banyak asisten.

Senyum kebanggaan dan kelegaan menghiasi wajahnya begitu melihat Ryeowook. Tidak ada yang lebih membanggakan untuknya saat ini selain melihat Ryeowook yang sudah dianggap keponakan sendiri akhirnya bersedia menginjakkan kakinya lagi di gedung ini. Tentu saja dia sudah bekerja keras untuk membuat anak didiknya itu kembali. Tidak semudah yang dibayangkannya karena sifat Ryeowook yang memang persis seperti ayahnya dulu. Susah diatur, keras kepala dan tentu saja tidak mudah untuk dibujuk. Bahkan memberinya penawaran jabatan tinggi di NIS pun ditolaknya. Dan entah kenapa dia sangat menyukai sifat keponakannya itu. Bukankan dengan begitu, Kim Ryeowook tidak akan mudah percaya pada orang lain?

“Paman..”

Ryeowook pun berjalan menghampiri pria yang dipanggilnya paman selama 10 tahun terakhir ini, membungkuk singkat sekedar memberi hormat.

“Aku kira kau tetap tidak ingin datang kemari. Tapi syukurlah, akhirnya kau bersedia datang.  Nathan Kim, asal kau tahu tempat ini selalu terbuka untukmu, Nak.” Kim Ilsung tersenyum dan menepuk pundak Ryeowook penuh kebanggaan.

“Aku tahu itu dan tolong jangan memanggilku Nathan lagi, paman. Bagaimana kabar paman?” Tanya Ryeowook berbosa-basi.

Sebenarnya Ryeowook tidak terlalu menyukai pria yang dipanggilnya paman ini. Jika bukan karena orang inilah yang sudah merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal, bisa dipastikan Ryeowook tidak akan menuruti semua kemauannya. Kim Ilsung membuat Ryeowook terpaksa menjalani kehidupan seperti ayahnya. Pria itu mendidik Ryeowook menjadi seperti anggota NIS lainnya. Dan itulah kenapa Ryeowook tidak terlalu menyukainya. Dia bukan tipe orang yang senang diatur dan dipaksa. Demi rasa terimakasihnya pada Kim Ilsung lah yang membuat Ryeowook menjalani kehidupan seperti yang diinginkan paman itu.

“Aku? Aku baik-baik saja,” jawabnya sembari terkekeh pelan lalu kembali berdeham. “Baiklah, Ryeowook-ah… bagaimana kalau kita mengobrol sambil menikmati secangkir kopi?” tawarnya.

 “Aku sudah minum terlalu banyak kopi hari ini. Tapi aku memang ingin bicara dengan paman,” ujarnya kemudian.

Kim Ilsung tersenyum dan sekali lagi menepuk pundak keponakannya itu. “Kuere, kalau begitu kita mengobrol sambil jalan-jalan saja.”

Keduanya pun berjalan beriringan mengelilingi ruang latihan tembak yang hanya di lapisi kaca anti peluru. Ryeowook sesekali memperhatikan kegiatan di dalam sana. Dulu, ia di kenal sebagai salah satu penembak jitu di NIS. Dan kemampuannya itu tidak ada yang menandingi. Pengetahuannya tentang segala bentuk senjata api juga tidak bisa diragukan lagi. Tubuhnya mungkin memang kecil dan tidak memilki otot yang menonjol seperti kebanyakan para agen NIS, tapi dia adalah salah satu agen terbaik yang dimilki NIS.

Masalahnya adalah dua tahun meninggalkan kehidupan di NIS bisa saja mengubah kemampuannya. Dia memang masih sering berlatih, tapi tetap saja sudah sangat lama sejak terakhir kali menghadapi musuh. Itulah kenapa dia agak ragu saat diminta untuk kembali menjadi agen aktif.

“Mereka adalah agen baru. Kemampuannya masih harus ditingkatkan.” Kim Ilsung mengometari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tengah bersiap menembakkan pelurunya.

DOORR!!

Terdengar letupan peluru dari pistol pria bertubuh tinggi itu. Sayang sekali pelurunya meleset jauh dari target. “Mereka akan bisa lebih baik jika terus berlatih.” Ryeowook menimpali.

Meskipun agaknya Ryeowook juga ragu . Hanya dengan sekali melihat Ryeowook bisa melihat kemampuan pria itu memang buruk. Dia tidak bermaksud merendahkan, tapi dibandingkan dengannya yang saat itu berusia 15 tahun, pria itu jelas kalah dari Ryeowook. Sebagai catatan saja, saat Ryeo Wook berumur 15 tahun, dia sudah mampu menembak obyek yang bergerak cepat. Itu lah kenapa ia selalu mendapat julukan si penembak jitu. Semua itu memang tidak lepas dari peran sang paman. Paling tidak semua yang diajarkan pamannya padanya tidak sepenuhnya dibencinya.

“Sayangnya kebanyakan dari mereka terlalu membanggakan kemampuan mereka dan tidak ingin belajar untuk lebih baik lagi. Aku ingat saat kau masih sangat muda, aku mengajarimu menembak jarak jauh dan kau berhasil melakukannya hanya dengan tiga kali percobaan. Bekerja keras, itulah yang aku tanamkan padamu. Sedangkan orang-orang itu…aku rasa mereka tidak punya yang satu itu.”

“Paman bilang karena ayahku juga seorang penembak yang handal. Karena itulah kemampuannya itu juga aku miliki,” sela Ryeowook tiba-tiba.

Ilsung tertawa pelan dan mengangguk membenarkan ucapan Ryeo Wook itu. “Ayahmu memang penembak terbaik yang dimiliki NIS. Karena itulah dia menjadi salah satu orang yang harus melindungi data itu.”

Ryeowook tersenyum sedikit mencibir. Sayangnya kemampuan ayahnya itu tidak sanggup menyelamatkan ibunya dan juga ayahnya sendiri. Ingatan itu masih sangat jelas tertera di depan mata Ryeowook. Kau tidak pernah mengerti bagaimana rasanya melihat kedua orang tuamu dibunuh di depan matamu sendiri. Sangat menyakitkan.

“Soal data itu. Sebenarnya di mana data itu sekarang? Bukankah kita bisa langsung menangkap Kim Donggun dan membawanya ke peradilan jika ada data itu?” tanyanya.

Kim Ilsung diam sebentar. Diperhatikan Ryeowook lagi dan hanya bisa menepuk pundaknya untuk ketiga kalinya. “Ryeowook-ah, itulah kenapa aku ingin kau bergabung di tim ini. Tidak ada yang tahu di mana data itu berada. Satu-satunya kunci adalah ayah kandung gadis itu, Shin Taewoo. Tapi berhubung Taewoo juga masih dalam persembunyian, jadi tidak ada yang tahu di mana keberadaannya. Aku merasa ayahmu pasti meninggalkan petunjuk terkait data itu. Hanya saja, aku belum pernah menemukannya. Mungkin saja, dia pernah mmeberitahumu sesuatu sebelumnya?”

 “Aniyo, Paman. Dia tidak pernah mengatakan apapun soal data itu. Lagipula aku terlalu kecil saat itu, jadi aku tidak akan mengerti,” sahutnya.

“Benar..aku juga berpikir seperti itu. Sejauh ini, kami menduga Shin Taewoo lah yang membawa data itu dalam persembunyiannya. Karena itu lah, demi menjaga Shin Taewoo aman begitu juga data itu, kita harus memastikan anaknya selamat agar tidak dijadikan alat oleh Kim Donggun untuk memancing Shin Taewoo menyerah pada mereka.”

Jadi inilah kenapa dia dilibatkan. Meskipun ia tidak yakin ayahnya memang meninggalkan petunjuk seperti yang dikatakan pamannya tadi, tapi karena ia sudah melangkah sejauh ini, tidak ada salahnya sekalian membalas dendam pada Kim Donggun seperti rencana semula.

“Tentang gadis itu, apa kau sudah bertemu dengannya?” Kim Ilsung beralih bertanya.

Ryeowook terkesiap sejenak dan ia pun menghela nafasnya pendek. “Aku bertemu dengannya hari ini di coffe shopnya Jongwoon hyung,”  jawabnya tidak minat.

“Benarkah? Aku senang mendengarnya. Mulai sekarang jagalah gadis itu, pastikan dia selamat. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu, Ryeowook-ah..”

Ryeowook tersenyum pelan saat dirasakan pamannya menepuk-nepuk pundakknya lagi untuk keempat kalinya.

Ya, mulai sekarang tugasnya memang memastikan keselamatan gadis itu. Dan Ryeowook berharap tugas itu akan segera berakhir. Karena ia tidak ingin berurusan dengan gadis itu. Ada ketakutan dan kekhawatiran sendiri yang tidak bisa dijelaskannya.

***

05.00 PM

Minrin baru saja kembali saat matahari sudah benar-benar hampir tenggelam di peraduan. Langkah kakinya melambat begitu hampir sampai di depan rumahnya. Sejenak ia memperhatikan rumah bercat coklat yang tepat berada di samping rumahnya. Jendela kamar di sisi samping yang mengarah tepat pada jendela kamarnya terlihat terbuka sedikit. Pantas saja pria itu bisa leluasa memperhatikan jendela kamarnya. Minrin tidak pernah menyangka jendela mereka bisa saling berhadapan seperti itu. Dia merutuki arsitek kedua rumah yang membuat jendela saling terhubung seperti itu. Jadi inikah rumah pria bernama Kim Ryeowook itu?

Aigoo…menyebalkan sekali. Kenapa aku justru berhenti di sini, eh?” Minrin beralih merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba berhenti dan justru memperhatikan rumah itu.

Dia hendak kembali melangkahkan kakinya ketika tiba-tiba bunyi klakson mobil terdengar nyaring dari arah belakang.

TTiiiinnnggggg!!!

Dia terlonjak kaget dan langsung menoleh dengan cepat. Menahan sumpah serapah yang nyaris keluar sesaat setelah bunyi nyaring itu melonjakkan jantungnya. Sialan! Sosok pria di balik kemudi itu sedang menatapnya dengan tajam. Tatapan yang tadi siang didapatnya dari pria bernama Kim Ryeowook. Sejenak, hanya untuk sejenak Minrin seperti terpaku dengan tatapan yang mengarah padanya itu. Bukannya segera menghindar, ia justru balas menatap ke arah Ryeowook dengan berani.

Beberapa detik berselang, hingga akhirnya Ryeowook menyerah. Dia membuka pintu mobilnya dan segera keluar. Tatapannya masih belum lepas sedikitpun dari Minrin. “Apa yang kau lakukan di depan rumah orang?” dia bertanya tidak terima dengan nada dinginnya yang bisa membekukkan udara disekitar mereka yang memang sudah beku.

Minrin terkesiap dengan kedua matanya mengerjap pelan. Sadar bahwa ia tidak bisa memprotes untuk sekedar pembelaan karena tanpa ia sadari memang sudah berdiri di depan rumah bercat coklat itu, ia pun mundur beberapa langkah tanpa banyak bicara dan memberi jalan pada pria itu masuk ke dalam rumahnya. Diperhatikannya pria itu sebentar saat berlalu tepat di depannya.

Jogiyo…!!”

Ryeowook menghentikkan langkah kakinya lalu menoleh. “Aku tinggal di rumah sebelah. Kuharap kita bisa menjadi tetangga yang baik,” ucap Minrin lalu membungkukkan badannya.

Ryeowook hanya diam dan memperhatikan. Minrin sendiri memilih langsung berbalik dan berjalan menuju rumahnya. Aneh sekali karena sejak tadi pagi Ryeowook sangat ingin memperhatikan lagi sosok gadis yang kini sudah berlalu pergi itu. Dia adalah Sosok gadis yang sejak kemarin selalu membuat Ryeowook tidak mengerti. Melihatnya selalu membuat tubuhnya merespon berlebihan. Seperti tadi pagi yang nyaris membuat Ryeowook kehilangan konsentrasi hanya karena melihat mata coklatnya. Atau tadi siang saat dimana dia terpaksa bersikap dingin hanya untuk merendam keinginanya untuk kembali mengagumi keindahan mata coklat itu sekali lagi. Itu semua belum seberapa, karena pekerjaannya menjadi pelindung gadis itu baru saja dimulai. Masih banyak saat-saat seperti itu yang harus dilaluinya. Karena itulah, dia menginginkan pekerjaannya kali ini segera berakhir.

***

Perasaan dalam hati itu kadang hanya diri sendiri yang mengerti. Tapi bagi Ryeowook, ia bahkan tidak mengerti dengan hatinya sendiri. Dan itu terjadi hampir dua minggu sejak ia tinggal di samping rumah Shin Minrin. Hatinya yang dingin sedingin es bahkan bisa mencair hanya dengan melihat gadis itu. Inilah yang ditakutinya sejak awal, bahwa ia akan tertarik pada gadis itu. Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.

Apalagi yang bisa dilakukan jika setiap pagi kau akan melihat gadis itu bersiap di depan cerminnya dan berdandan yang akan membuatmu terkesiap?. Semua kegiatan gadis itu terekam dengan baik di otak Ryeowook. Bahkan Ryeowook tahu style seperti apa yang disukai gadis itu. Bagaimana sikapnya, apa yang disukai dan tidak disukainya Ryeowook tahu soal itu. Ia juga hafal kapan gadis itu akan keluar dari rumahnya dan kapan dia akan kembali. Ia tahu aktivitasnya di kampus dan siapa saja teman-temannya. Ryeowook tahu semua itu.

Mengawasi gadis itu ternyata sama saja mengenal lebih banyak tentangnya tanpa harus berbicara padanya. Dan semua itu sudah dilakukan Ryeowook selama hampir dua minggu sekarang. Kegiatan yang semakin lama disesalinya. Karena entah kenapa rasa ketertarikannya pada gadis itu tidak bisa diremehkan lagi saat ini.

Matanya bergerak mengikuti langkah kaki gadis itu yang tengah menghampiri seseorang. Seorang pria bertubuh tinggi yang sudah beberapa kali dilihat Ryeowook sebelumnya. Pria tinggi itu terlihat berdiri dari tempat duduknya di salah satu café dan melambai ke arah Minrin. Ryeowook mengenal pria itu sebagai Kang Minhyuk. Pria yang selalu diperhatikan Minrin dari jauh. Entah hubungan apa yang dimiliki keduanya, tapi Ryeowook merasa Minrin sangat mengagumi pria itu, atau mungkin juga mencintainya.  Semua itu sangat terlihat jelas saat Minrin memperhatikannya dari jauh. Kadang gadis itu akan tersenyum sendiri dan tersipu malu saat aksinya diketahui Minhyuk tanpa sengaja. Tindakan yang entah kenapa sedikit menyebalkan bagi Ryeowook.

“Dia melakukannya lagi.” Ryeowook bergumam pelan saat Minrin tersenyum hangat pada pria bernama Minhyuk itu. Ya persis seperti itulah ekspresinya setiap kali berhadapan dengan pria bernama Kang Minhyuk itu. Senyum malu dengan semburt merah di pipinya.

Keduanya terlihat bicara dengan nyaman. Sesekali Minrin tertawa dengan memukul-mukul pahanya –kebiasaannya yang tidak berubah-, atau sesekali ia akan mendengus kesal, sedikit merajuk saat Minhyuk menggodanya.

Melihat semua itu justru membuat Ryeowook menghela nafasnya dengan keras. Seharusnya dia meminta Kyuhyun yang mengawasi gadis itu jika pada akhirnya membuatnya merasa sensasi aneh dalam dadanya yang tak biasa. Perasaan tidak suka. Menyebalkan sekali karena dia harus terjebak dalam situasi mengikuti dua orang yang tengah berkencan. Semakin menjengkelkan karena orang yang sedang berkencan itu adalah Shin Minrin.

Ryeowook menahan nafasnya sejenak saat melihat Minhyuk tanpa canggung mengelus kepala gadis itu, membantunya menyelipkan anak-anak rambut ke bagian belakang telinganya. Diputarnya kepala ke samping untuk menghindari menatap dua sejoli itu. Dia benar-benar malas melihat kedua orang itu, atau bisa juga dibilang tidak suka. Seharusnya Kyuhyun yang mengawasi gadis itu jika saja dia tidak menemui kekasihnya. Satu lagi yang membuat Ryeowook tidak suka terjebak dalam sitausi ini, karena kehadiran Kyuhyun di sekitar gadis itu ternyata tidak terlalu membantu. Pria itu bahkan sering sekali meninggalkan Minrin sendirian dan pergi bersama gadisnya. Dan gara-gara itu Ryeowook harus rela mengawasi gadis itu di kampusnya dan juga mengikutiya seperti sekarang.

Getar ponsel di dashboard samping mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh dan mengamati ponsel yang menyala memperlihatkan deretan angka yang tidak dikenalnya. Ia mengernyit.

Ne, yeobseo..”

Hyung, kau di mana?”

Ryeowook sekali lagi mengernyit mendengar suara Kyuhyun yang terdengar panik itu. “Di depan Hollys coffee, wae?” sahutnya tidak sabar, berusaha menahan diri untuk tidak membentak rekan kerjanya itu dengan nada tinggi karena seenaknya melimpahkan tugas seenak jidat.

“Kau bersamanya?”

Pertanyaan macam apa itu? Hampir saja Ryeowook membentak Kyuhyun karena seharusnya bocah itu yang menjaga Minrin hari ini. “Tidak, aku hanya sedang mengawasinya. Dia bersama Kang Minhyuk. Ada apa?” ujarnya berusaha menekan suaranya.

Terdengar helaan nafas lega dari Kyuhyun dan itu membuat Ryeo Wook mengernyit lagi. “Waeyo, apa terjadi sesuatu?”

“Seseorang mengikutiku sejak tadi. Kurasa mereka sudah tahu kalau Minrin pasti bersamaku, karena itulah mereka mengikutiku. …”

Ryeowook diam sebentar. Matanya kembali menelisik ke arah Minrin dan juga Minhyuk. Gadis itu entah sejak kapan sudah sendiri. Kepalanya menoleh ke kanan dan kirinya Minrin tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran Kang Minhyuk di sana.

Sial! Hanya sedetik Ryeowook lengah, pria itu sudah pergi entah kemana.

Dia mengumpat tertahan. Lalu diputarnya kepalanya ke arah belakang. Tidak jauh dari mobilnya, matanya menangkap obyek mencurigakan di sana. Sebuah mobil hitam yang sama persis dengan mobil yang mengikuti Minrin dan Jongjin. Ryeowook pun mencoba bersikap biasa dan beralih memperhatikan mobil itu dari kaca spionnya. Dua orang pria berjas terlihat di dalamnya. Tangan kanan salah satu pria itu memegang senapan laras panjang yang mengarah langsung pada Minrin.

“Brengsek!” Ryeowook mengumpat pelan.

Waeyo, hyung?”

“Aku hubungi kau nanti.” Tanpa mengubris pertanyaan Kyuhyun, Ryeowook langsung mematikan panggilan di ponselnya dan bergegas turun dari mobil.

Entah pikiran apa yang dipikirkannya. Langkah kakinya cepat menghampiri Minrin yang masih duduk di tempatnya. Kemudian melambat saat hampir mencapai gadis itu. Dia harus berhati-hati jika tidak ingin dua orang itu mencurigainya. Dengan pelan dan berpura-pura tidak tahu, Ryeowook menyentuh pundak gadis itu.

Gadis itu yang terkejut lantas menolehkan kepalanya. Seketika itu kedua matanya membulat sempurna begitu menyadari kehadiran Ryeowook. Tidak ada yang lebih mengejutkan untuknya dibandingkan dihampiri oleh pria dingin yang menjadi tetangganya –yang bahkan belum pernah berbicara padanya-

Neo.. wae yogiso?” tanyanya tidak percaya.

Sial!

Dalam hati Ryeowook merutuki dirinya sendiri yang tidak mempersiapkan diri lebih dulu. Sekarang giliran dirinya yang kikuk harus menjawab apa. Seharusnya dia tidak gegabah turun dari mobil dan menghampiri Minrin karena sudah pasti gadis itu akan terheran-heran seperti sekarang. Ia kembali menoleh sedikit ke arah mobil tadi. Pria di dalamnya masih menatap ke arah mereka, bahkan semakin tajam menatap ke arah Ryeowook.

“Sial!” umpatnya tertahan. Ia sudah ketahuan. Orang-orang itu sudah tahu kalau Ryeowook menyadari keberadaannya atau mungkin mereka juga sudah tahu kalau Ryeowook salah satu bagian dari NIS.

Nde? Ryeowook-ssi…” Minrin memanggil heran. Lalu tanpa mengucapkan apapun Ryeowook justru menarik tangan gadis itu dan mengajaknya segera pergi dari tempat itu.

“Yaa…!! apa yang kau lakukan!”

Ryeowook tidak mempedulikan protes gadis itu. Satu-satunya yang dipikirkannya adalah mengajakya pergi dari tempat ini, secepatnya sebelum orang-orang tadi bertindak.

“Yaa, lepaskan aku!! Neo.. apa yang kau lakukan padaku?” Min Rin kembali meronta ketika Ryeowook menyuruhnya masuk ke dalam mobilnya. Gadis itu mendengus sebentar, nafasnya memburu menahan kesal dan kedua mata yang berkilat marah menatap ke arah Ryeowook. Seakan tidak bisa menolak ia pun menurut masuk ke dalam mobil CRV putih milik Ryeo Wook.

Matanya menatap tajam mengikuti Ryeowook yang juga masuk ke dalam mobil dan duduk di depan kemudinya. Kedua tangannya terlipat di depan dada ketika akhirnya mobil yang mereka tumpangi melaju kencang meninggalkan Hollys coffee.

Minrin melirik sebentar ke arah pria di sampingnya. Ia masih diam dan tak juga kunjung mencerca Ryeowook dengan pertanyaan yang sejak tadi bergelayut dalam otaknya. Perasaannya antara kesal dan juga bingung. Kesal karena dengan seenaknya Ryeowook menarik paksa dirinya ke dalam mobilnya serta bingung kenapa pria itu melakukannya. Apalagi selama hampir dua minggu ini Minrin yakin tidak pernah sekalipun bicara pada pria ini kecuali saat di depan rumahnya waktu itu. Lalu mestinya tidak ada alasan yang masuk akal saat ini.

Mobil itu terus melaju kencang membelah jalanan kota Seoul tanpa sepatah katapun yang diucapkan Minrin maupun Ryeowook. Keduanya diam hingga akhirnya mobil itu sudah memasuki kawasan tempat tinggal mereka dan berhenti di depan rumah Ryeowook.

Hanya terdengar helaan nafas lemah dari Ryeowook sebelum kepalanya menoleh ke samping. Diperhatikan Minrin sebentar sementara ia sendiri memutar otak mencari kalimat yang tepat untuknya menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

“Kenapa kau melakukan itu? Apa kau sudah gila?” cecar Minrin akhirnya sebelum Ryeowook repot-repot berusaha menjelaskan.

Ryeowook berdehem pelan. Sekarang ia yang bingung. Jika ia menceritakan bahwa ia sengaja melakukannya demi menyelamatkan gadis itu, apa dia akan percaya? Sepertinya tidak, apalagi jika gadis itu tahu ada orang yang berniat membunuhnya tadi. Lagipula menceritakan berarti membuka semua rahasia. Itu juga berarti gadis ini akan tahu siapa Ryeowook, Kyuhyun dan juga Jongwoon. Sesuatu yang tidak boleh terjadi, setidaknya mereka harus tetap menjaga rahasia indetitasnya tetap aman.

Dihelanya lagi nafas, kali ini agak keras. “Ibumu menyuruhku,” jawabnya singkat.

Nde?”

Ryeowook bisa melihat keterkejutan dan juga ketidakpercayaan di wajah gadis itu. Ia juga tidak percaya mengatakan itu. Alasan terbodoh dan gegabah yang mampu dipikirkannya. Ia mengagguk lagi untuk meyakinkan. “Tidak mungkin. Kenapa ibuku harus melakukannya?” tanya gadis itu lagi semakin menyipitkan mata indahnya itu.

Ryeowook memilih tidak menjawab dan segera turun dari mobilnya jika tidak ingin terbuai dengan mata coklat itu sekali lagi. Sial, bahkan saat gadis itu marah pun mata itu masih terlihat indah. Minrin mengikutinya turun. Gadis itu sedikit berlari mengejar Ryeowook yang sudah hampir mencapai gerbang rumahnya.

“Yaa, kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa ibuku menyuruhmu menjemputku?” teriaknya.

Ryeowook menghentikkan langkah kakinya dan berbalik.  “Kenapa kau tanya itu padaku? Aku tidak tahu. cepat masuklah!”

Gadis itu hanya mendesis pelan sambil mendengus kesal, lalu menghentikan langkah kakinya. Ditatapnya Kim Ryeowook yang baru saja berbuat seenaknya itu dengan tajam. Kedua mata indahnya menyipit. Lalu kembali mendengus ketika menyadari Ryeowook sama sekali tidak takut dengan tatapa intimidasi yang dilayangkannya. Pria itu justru membalas tatapan tajamnya dengan ekspresi dinginnya. Menyebalkan! Lalu Minrin pun berbalik dengan cepat dan langsung berjalan menuju rumahnya dengan tergesa-gesa.

***

Suara pintu yang ditutup secara berlebihan dan umpatan-umpatan kasar yang keluar dari gadis itu menjadi sambutan bagi Kyuhyun

“Kenapa kau baru kembali? Kang Minhyuk yang mengantarmu?”

Kyuhyun yang sudah hampir setengah jam menunggu gadis itu pulang langsung berdiri dan mencercanya dengan pertanyaan begitu melihat Minrin masuk dengan kepala tertunduk dan ekspresi kesal. Dia berjalan di depan Kyuhyun dan mengacungkan tangannya, menyuruh sahabatnya itu diam.

“Kau tidak pulang dengan Kang Minhyuk? Ah.. sudah aku duga akan seperti ini. Pria itu tidak tertarik padamu” Kyuhyun berbicara mencibir.

Sebenarnya Kyuhyun ingin bertanya bagaimana keadaan Minrin, apalagi suara Ryeowook tadi terdengar panik sebelum ditutup. Jadi, sebenarnya Kyuhyun menduga Minrin pasti dalam bahaya. Tapi alih-alih menanyakan itu, ia justru bertanya tentang Kang Minhyuk. Ia tidak ingin Minrin mencurigainya karena tiba-tiba tahu apa yang di alami gadis itu.

Sekarang Minrin sudah duduk di kursi setelah membasahi kerongkongannya dengan segelas air dingin untuk meredakan amarahnya. Gadis itu menggeleng lalu melirik ke arah Kyuhyun “Yaa, berhenti bicara tentang Minhyuk seperti itu. Aku tidak pulang dengannya tapi dengan orang lain.” sungutnya tiba-tiba kesal.

“Aissh, benar-benar menyebalkan! gara-gara pria itu aku bahkan meninggalkan Minhyuk di Hollys coffee,” kesalnya dengan nafas menderu.

Ini kencan pertamanya dengan Kang Minhyuk. Dia menunggu kesempatan itu sejak dua bulan terakhir dan bahkan untuk kali pertamanya mereka bisa mengobrol nyaman seperti tadi. Dan pria bernama Kim Ryeowook itu baru saja mengacaukan kencannya.

“Kau meninggalkannya?”

Kyuhyun setengah melongo mendengar cerita Minrin. Jadi maksudnya sahabatnya itu meninggalkan pria yang digilainya selama ini di coffe shop seorang diri di saat kencan pertama mereka? Sebenarnya Kyuhyun tidak heran. Dia bahkan sudah bisa menebak kenapa.

Kuere. Dan itu semua gara-gara Kim Ryeowook sialan itu!” kesalnya lagi. Sekali lagi mengisi gelasnya dengan air dingin dan meminumnya dengan terburu-buru.

Hampir saja Kyuhyun tertawa keras mendengarnya, tapi ditahannya dan diganti kekehan khas miliknya. Tidak bisa dipercaya hyungnya bisa melakukan itu. Dan Kyuhyun yakin Minrin setengah mati kesal pada Ryeowook sekarang. Hey, gadis ini menunggu berbulan-bulan hanya untuk berkencan dengan pria bernama Kang Minhyuk itu.

“Kim Ryeowook tetangga barumu itu?” tanya Kyuhyun pura-pura tidak tahu. Minrin menyahut dengan anggukan kepala cepat.

“Sebenarnya kenapa dengan orang itu? Huh…ibuku tidak mungkin menyuruh pria asing yang baru dikenalnya untuk menjemputku. Apa pria itu sudah gila? Atau jangan-jangan dia memang menyukaiku? Aisshh, menyebalkan sekali!!”

Sekali lagi Kyuhyun tertawa. Ia membayangkan Ryeowook buru-buru mematikan ponselnya tadi dan menghampiri Minrin lalu menariknya paksa untuk ikut pulang. Ahh.. benar-benar lucu.

Tapi kenapa dia melakukannya? Apa orang-orang itu mengikuti Minrin?

Pertanyaan yang tiba-tiba menganggu Kyuhyun. Jika benar seperti itu, ia menduga Kim Donggun sudah tahu keberadaan Minrin dan mungkin juga sudah tahu siapa saja yang berusaha melindungi gadis itu. Bukankah itu berarti pria bernama Kim Donggun itu sedang merencanakan sesuatu?

***

Ryeowook baru saja mengistirahatkan tubuhnya di atas sofa saat Kyuhyun tanpa mengetuk pintu begitu saja masuk ke dalam rumahnya yang memang tidak dikuncinya. Pria yang satu tahun lebih muda darinya itu terlihat sedikit panik. Ada apa lagi sekarang?

Wae?” tanya Ryeowook tanpa minat yang langsung menegakkan tubuhnya bersandar di punggung sofa.

Hyung, apa yang sebenarnya terjadi? Mereka mengejarmu juga?” tanyanya tanpa jeda yang langsung membuat Ryeowook menghela nafasnya keras.

“Bukan aku tapi Minrin. Dari mana saja kau? Dia hampir ditembak mati tadi. Seharusnya kau bersamanya.” Ryeowook mencerca Kyuhyun dengan kesal.

“Aku tahu seharusnya aku bersamanya. Aissh!!, “ Kyuhyun mengerang frustasi.

Iya, seharusnya dia bersama Minrin tadi. Dia sudah berjanji pada gadis itu akan mengawasi kencan pertama mereka, mengantisipasi kalau-kalau Minrin melakukan hal konyol. Tapi lebih dari itu, sebenarnya Kyuhyun bersedia melakukannya karena ia ingin melindungi Minrin. Astaga, kalau saja Ryeowook tidak ada di sekitar sana, mungkin saja Kim Donggun berhasil melukai gadis itu.

“Kau menemui gadis itu lagi?” tanya Ryeowook kemudian. Kali ini dengan nada yang pelan dan tidak penuh kekesalan.

Terdengar helaan nafas keras dari Kyuhyun. Pria itu mengangguk kecil. “Sudah aku duga,” sahut Ryeowook cepat.

“Itulah kenapa aku selalu khawatir kalau kau menyukai seorang gadis. Kau akan lupa dengan tugasmu.”

Hyung..” Kyuhyun menyela tidak terima.

“Kau hampir membuat Minrin dalam bahaya, Kyu. Aku yakin kau juga tidak memikirkan gadismu itu kan? Siapa namnya? Shin Ranran? Dia juga bisa saja dalam bahaya. Kau seharusnya tahu itu,” sahut Ryeowook cepat dengan nada yang terdengar seperti ancaman bagi Kyuhyun.

Kyuhyun mendadak diam. Dihelanya nafas lemah dan diacaknya kepalanya fustrasi. Ryeowook benar. Jika Kim Donggun mengetahui identitas aslinya, itu berarti ia juga dalam bahaya. Dan itu juga berarti orang-orang disekitar Kyuhyun termasuk Ranran juga dalam bahaya. Ia tidak mungkin membiarkan Ranran dalam bahaya. Tidak bisa. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu selama ini.

Ia mengerang frustasi saat bayang-bayang ketakutan tiba-tiba hadir. Apa yang dilakukannya selama ini bukanlah sesuatu yang mudah. Hidup di tengah-tengah bahaya, kapan saja harus siap bertarung, bersiap mempertaruhkan nyawa bahkan jika itu berarti ia juga harus siap kehilangan.

“Berhati-hatilah mulai sekarang.” Ryeowook lalu bangkit dari tempat duduknya dan menepuk pundak Kyuhyun pelan.

“Apa karena itu, kau tidak pernah lagi menjalin hubungan dengan gadis manapun?” tanya Kyuhyun tiba-tiba. Ia menoleh ke belakang dan dilihatnya Ryeowook sedang menghentikan langkah kakinya.

Kyuhyun bisa melihat Ryeowook sedikit tegang. Ia tidak bermaksud membuatnya dalam situasi yang tidak bisa menjawab, hanya penasaran saja. Setahunya Kim Ryeowook tidak pernah lagi terlihat berkencan dengan seorang gadis sejak kematian Lee Jihye tiga tahun yang lalu. Kematian gadis itu yang membuat Ryeowook pergi ke Amerika. Kyuhyun masih ingat kejadian itu.

Diam sejenak sebelum akhirnya Ryeowook menjawab pelan. “Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan orang-orang yang berarti dalam hidupmu, Kyu,” ucapnya menyahut tanpa sedikit pun membalikkan tubuhnya.  “Aku tidak akan membuat orang lain merasakan kehilangan dan berada dalam bahaya lagi,” lanjutnya, kemudian kembali berjalan dengan pelan meninggalkan Kyuhyun yang masih berdiri terpaku di tempatnya.

Meskipun ia tidak tahu banyak tentang Ryeowook dibandingkan Jongwoon, tapi Kyuhyun mengerti rasa sakit yang di alami rekan kerjanya itu. Kehilangan orang tua saat usianya masih sangat muda dan juga kehilangan kekasih karena menjalankan pekerjaannya.

Jadi seperti itulah seorang Kim Ryeowook menjalani kehidupannya. Tidak ingin membuat orang lain merasa kehilangan dan ketakutan. Dia hanya ingin menjalani kehidupan yang penuh ketakutan dan bahaya seperti sekarang seorang diri. Sesuatu yang tidak pernah bisa dilakukan Kyuhyun.

CUT

 

Hi, long time no see eh? I’m back guys..!! ^^

Masih ingat ff ini? 7 bulan lebih sejak part 1 aku publish. Astaga…>.< lama amat yak? K k k

Sesuai janji, kalau januari aku bakalan balik buat nyelesaiin secret guard. Bocoran aja sih, di folder sudah sampai part 5. Jadi kalau reader-nim sekalian memang suka sama ff ini dan pengen kelanjutannya cepet dipublish, so tinggalin komentar kalian ya…. kalau banyak yang koment, ntar satu minggu satu part deh hehehe… 😀

Aku baru pertama kali nulis FF genre action, semoga saja nggak gagal-gagal amat yak! 😀 … ya sudah lah, sekian dulu. Selamat membaca dan sampai jumpa ^^

Remember don’t forget to leave your comments. Bye….

15 thoughts on “(FF Series) Secret Guard Part 2

  1. Yeayy yg ditunggu-tunggu akhirnya di post juga…
    Btw aku suka sm jalan ceritanya. Apalagi ini genrenya action. Keren!. Cepet lanjut ya..

  2. kyaaaaa keren pake be ge te 😀 cepet di lanjut ya author-sii oh ya aku reader baru Min Hyora imnida 98line.. aku suka banget sama ff ini soal nyo wook oppa keliatan beda dan kece klo ngebayangin kalo dya kek gitu wkwkwk 😀

    Fighting!!! 🙂

    1. Hi.. Min Hyora-ssi … 🙂
      terimakasih ya sudah berkunjung dan membaca ffku,
      selalu seneng kalau reader suka sama tulisanku. Yup, si oppa emang dibikin beda disini… 😀
      Kelanjutannya silahkan ditunggu ^^

  3. one sentence: akhirnya ada yg menjawab pemintaanku selama ini, ada yg mau buat ff ttg spy dgn tokoh utama ryeowook & kry lah sebagai trio ㅠㅠㅠㅠ like finally ㅠㅠㅠ

    fighting author-nim untuk nulis kelanjutannya 😀 I really like your writing style. keep it up 😉

    1. haha yes… 😀
      karena sebagai fans nya ryeowook, sangat susah cari blog dengan ff cast utamanya dia…jadinya, munculah ff ini kekeke..
      Thank You…and fighting! ^^

  4. wahh komentarnya banyak yang bilang bagus bagus ,, ikutan juga ah~~ hahaha,, (udah lama gg main main kesini lagi, mianhae eonn, sya disibukkan dengan target haha)
    secreet guard akhirnya di publish juga lanjutannya , iyeee senengnya,, lanjutkan eonn 😀

Leave a reply to Uthie Cancel reply