(FF Series) Secret Guard Part 1

secret guard 2

Tittle    : Secret Guard Part 1

Author: Whin (@elizeminrin)

Cast     : Shin Min Rin, Kim Ryeo Wook, Cho Kyu Hyun, Kim Jong Woon

Genre  : AU, Action, Romance, Revenge

Length: 7059 words (chapter)

Rating: PG 17

Disclaimer: This story is just Fanfiction, Super Junior members is not mine. I just have the story and artwork. Please, don’t copy paste it. Inspired by a movie called Abduction

Warning : Yang tidak suka cerita-cerita berbau pertarungan dan darah bisa segera menjauh. ^^

***

Semua terlihat normal dan biasa saja. Tapi hanya kelihatannya, karena kenyataannya tanpa di sadari jauh di dalamnya telah terjadi kekacauan yang mungkin akan menghancurkan. Dan terkadang kau harus mencurigai orang-orang di sekitarmu, karena mungkin saja mereka bukan lah orang yang biasa. Di antara orang-orang yang berjalan itu, atau yang duduk di dalam bus kota, bahkan di tempat-tempat umum lainnya, mungkin ada seseorang yang mengawasi setiap pergerakanmu tanpa kau sadari. Seorang agen rahasia. Seorang yang disebut mempunyai identitas rahasia selain identitasnya saat ini. Semua hal tentang mereka nyatanya tidak sama seperti yang kau lihat. Ada rahasia-rahasia yang harus mereka jaga selama berpura-pura menjalani kehidupan yang normal, demi menjaga kekacauan yang tak terlihat itu tidak muncul di permukaan dan membuat semua orang panic. Mereka bisa menjadi orang yang sangat berbeda, yang harus bersiap setiap saat demi melindungi Negara. Kadang nyawa pun harus mereka pertaruhakan.

Kenyataannya di tengah masyarakat kota Seoul atau bahkan di seluruh wilayah Korea Selatan tengah terjadi perebutan, pertarungan yang sudah berlangsung sejak lama. Antara Negara dengan organisasi rahasia yang menginginkan kekuasaan mutlak di sana. Sebuah tindakan cyber spionase dan juga pemberontakan yang menentang pemerintah telah terjadi sejak berpulu-puluh tahun yang lalu. Tapi sesuatu telah hilang bahkan sebelum Korea berhasil menangkap semua orang yang terlibat dalam organisasi rahasia itu. Dan dua kubu itu mempertaruhkan semuanya demi mendapatkan sesuatu yang hilang itu.

***

 

Chicago, United States

1993

Jebal,. “wanita itu berteriak lemah untuk kesekian kalinya. Tubuhnya ambruk di depan seorang pria berjas yang menodongnya dengan sebuah pistol.

“Di mana data itu?” Tanya pria itu tidak sabar. Terdengar bunyi klik saat pria itu menarik pelatuk pistolnya dan mengangkat benda hitam itu, besiap menembakkan isinya di kepala wanita itu.

“Aku tidak tahu.” lirihnya. Wanita itu menggelengkan kepalanya, berusaha meyakinkan bahwa ia memang tidak tahu apapun tentang benda yang dicari pria itu.

Pria itu mendesis kesal. Terlihat sekali ia tidak sabar untuk menemukan benda itu, atau bahkan mungkin tidak sabar untuk membunuh wanita itu. Sekali lagi matanya menatap tajam ke arah wanita itu, lalu sedetik kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah samping tanpa sedikitpun mengubah arah pistol yang tepat menunjuk di kepala wanita tadi. Tepat di pojok ruangan itu ada seorang anak kecil yang tadi sempat dilupakannya. Anak itu terlihat duduk diam dengan tatapan ketakutan mengarah padanya. Ia tersenyum menyerangi lalu berbalik mengarahkan pistol itu pada anak kecil tadi. Menjadikan anak itu sebagai sasarannya untuk mendesak wanita tadi untuk bicara.

Andwee.!! Jangan membunuhnya! Dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini. Jebal..” wanita itu memohon dengan suaranya yang parau dan tercekat. Ia menarik lengan pria tadi dan berusaha menghalaunya untuk mendekati anaknya, tapi sia-sia karena tubuhnya lebih dulu di dorong dengan keras hingga membentur meja nakas. Seorang pria lain yang sejak tadi hanya mengawasi bergerak maju, memegangi wanita tadi agar tidak kembali memberontak.

“Katakan di mana data itu, atau anak ini akan mati.” Pria dengan pistol itu kembali menatap wanita tadi dan mengancamnya.

Wanita itu hanya bisa menangis sekarang. Hidupnya dan juga anak satu-satunya itu berada di ujung tanduk. Apa yang diinginkan pria ini tidak akan bisa didapatkannya, karena ia memang tidak tahu di mana benda sialan itu. Suaminya pergi sejak tadi pagi dengan membawa sesuatu –yang katanya data penting NIS- . Data itu harus mereka jaga mati-matian, dan sekarang ia menyesal harus ikut campur dalam masalah ini.

“Aku benar-benar tidak tahu. Dia tidak pernah mengatakan dimana data itu” sahutnya lagi diiringi isak tangis yang memecah kesunyian ruangan itu.

Pria itu mendesis kesal lagi, lalu kembali mengarahkan pistolnya ke arah wanita itu. Dan ..

DOORRRR!!!

Sebuah peluru berhasil menembus dada wanita itu, membuat nya langsung jatuh tersungkur ke lantai. Seketika itu cairan kental berwarna merah mengalir di lantai kayu rumah itu. Pria itu diam, memperhatikan tubuh wanita tadi yang sudah tidak bernyawa dengan tatapan dingin. Lalu Ia kembali melirik anak kecil tadi, yang sekarang wajahnya berubah pucat pasi. Tidak ada tangis darinya, anak itu hanya diam mematung menyaksikan ibunya tewas tertembak di depan matanya.

Sekarang anak itu yang harus menghadapi pria kejam yang baru saja membunuh ibunya. Nafasnya menderu menahan amarah dan juga ketakutan yang luar biasa. Pistol itu tepat mengarah padanya. Sekali lagi pelatuknya ditarik dan siap untuk ditembakkan.

“Nathan Kim.. Aku tidak tahu kau begitu mirip ayahmu, dan matamu mewarisi mata ibumu.” Pria itu tersenyum menyerengai.

Anak laki-laki yang disebut bernama Nathan Kim itu masih diam, kedua tangannya mengepal. Tidak ada yang bisa dilakukan anak berusia 7 tahun sepertinya. Bahkan mungkin ia harus bersiap untuk menerima tembakan pria itu dan berakhir tersungkur dengan darah yang mengalir persis seperti yang dialami ibunya. Hingga akhirnya suara pintu yang di dobrak berulang secara paksa membangkitkan harapannya untuk hidup. Suara dobrakan itu berakhir dengan pintu menjeplak terbuka dan memperlihatkan sosok ayahnya yang berdiri dengan wajah panik. Pria di depannya menoleh dan senyum penuh kemenangan menghiasi wajah dinginnya.

“Oh.. Kau di sini rupanya. Mianhae, isterimu terlalu banyak bicara jadi terpaksa kutembak.”  Senyum menyerangai itu kembali menghiasi bibir pria itu.

“Brengsek Kau Kim Dong Gun…!!!”

Tangannya bergerak mengambil pistol yang terselip di balik jasnya, tapi usahanya sia-sia karena pria bernama Kim Dong Gun itu lebih dulu menembakan pelurunya. Peluru itu melesat cepat dan tepat mengenai dada kiri pria tadi, hingga akhirnya ia juga tersugkur di lantai di dekat isterinya beriringan dengan teriakan nyaring seorang Nathan Kim.

Appaa…!!”

“Diam kau bocah!!” sekali lagi pistol itu mengarah pada Nathan. Kim Dong Gun kembali bersiap menembak untuk ketiga kalinya.

“Polisi sedang bergerak kesini. Kita harus pergi sekarang.” Seorang pria lain yang sejak tadi juga berada di ruangan itu memberi tahu pada Kim Dong Gun.

Pria kejam bernama Kim Dong Gun itu hanya bisa mengumpat kesal sembari menarik pistolnya kembali. Seiring dengan itu suara sirine mobil polisi memecah keheningan kota Chicago, Amerika Serikat.

“Brengsek..!!” umpatnya. Ia menatap tajam bocah bernama Nathan Kim itu lagi “Kita akan bertemu lagi nanti, Nak.” Ucapnya.

Lalu ia berserta pria lainnya tadi bergegas meninggalkan rumah itu dengan seorang anak kecil dan kedua orang tuanya yang tewas di dalamnya.

***

 

Seoul, South Korea

November 2013

07.27 AM

 

Pagi hari di musim dingin saat matahari bersinar untuk pertama kalinya sejak beberapa minggu ini berhasil menghangatkan suasana dingin kota Seoul. Itulah yang dirasakan Shin Min Rin. Pagi yang indah dan ia sangat bersemangat pagi ini. Energinya bahkan dalam keadaan penuh untuk memulai kuliah dan bekerja part time siang nanti. Rutinitas yang sudah dilakoninya selama hampir dua tahun. Jangan menduga ia salah satu orang yang harus susah payah bekerja untuk kuliah. Sama sekali tidak seperti itu. Keluarganya tergolong keluarga yang mampu bahkan mungkin bisa dibilang kaya, meskipun keluarganya sama sekali tidak memiliki perusahaan keluarga. Dan masalah part time? Oh well, Ia senang melakukannya, setidaknya dengan begini ia bisa membeli apapun yang disukainya tanpa meminta uang pada orang tuanya. Ya.. meskipun Min Rin yakin kedua orang tuanya juga tidak akan keberataan untuk memenuhi keingiannya, hey itulah salah satu keuntungan menjadi anak tunggal.

Memiliki orang tua yang sangat menyayanginya adalah keberuntungan baginya. Kehangatan dan kebersamaan keluarga yang tetap ada sampai sekarang adalah salah satu yang membuatnya bahagia. Baginya ia sudah sangat bahagia hidup bersama ayah dan ibunya. Dan ia tidak menginginkan hal lain lagi. Semua dalam hidupnya sempurna.

Langkah kakinya berubah pelan saat memasuki dapur dan mendapati ibunya sedang memasak. Setiap pagi ibunya akan memasakkan sarapan untuknya, dan Min Rin selalu bersyukur akan itu. Gadis itu menghampiri wanita berumur sekitar 40 an itu dan memeluknya singkat.

Eomma, selamat pagi.” Sapanya riang, lalu mengecup pipi ibunya itu cepat.

Aigoo, kau mengagetkanku.” Han Eon Ji, ibu gadis bernama Shin Min Rin itu berbalik dan memukul puterinya pelan. Min Rin hanya nyengir dan langsung berlari menjauh menuju meja makan.

“Oh, Appa sudah berangkat?” tanyanya saat melihat cangkir kopi yang sudah habis di meja makan. Sepertinya pagi ini ia agak telat bangun hingga melewatkan sarapan pagi bersama ayahnya.

Ayahnya adalah seorang kepala bagian di sebuah perusahaan swasta bernama C.E Group. Beberapa waktu yang lalu dipromosikan menjadi direktur di divisi pengembangan, dan karena itu pekerjaan semakin banyak dibandingkan biasanya. Karena itu juga lah Min Rin tidak heran ayahya berangkat sangat pagi hari ini.

Han Eon Ji terlihat keluar dari dapur dan mengangguk “Katanya ada urusan yang penting, dia bahkan tidak sarapan dan hanya minum kopi saja, aigoo.” diletakkannya sarapan pagi untuk puterinya itu di atas meja yang langsung membuat Min Rin menatapnya dengan berbinar.

Appa sangat sibuk akhir-akhir ini.” Ujarnya tersenyum sembari memandang penuh nafsu pada kimchi dan juga soup rumput laut buatan ibunya. Lagipula perutnya memang sudah sangat lapar. “Ooh.. Mashita!!” serunya yang sudah bersiap dengan sticknya

“Makanlah sebelum berangkat. Kau pulang malam lagi hari ini?” tanya Eon Ji dan langsung direspon Min Rin dengan anggukan kepala. Tangan gadis itu sudah bergerak mengambil kimchi dengan sticknya lalu memasukkannya ke dalam mulut.

“Jangan sampai kelelahan, Min Rin-ya. Kau bekerja terlalu keras. Eomma tidak ingin kau sakit, eoh?”

“Tenang saja Eomma, aku ini sangat kuat. Tidak perlu khawatir, ne?” Tanpa banyak bertingkah Min Rin kembali menyantap sarapannya.

Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hidup dengan kasih sayang orang tua. Dan Min Rin bersyukur mendapatkan itu. Perhatian dan kebersamaan seperti ini, dimana lagi akan didapat jika bukan di rumah?

“Kyu Hyun tidak pernah datang lagi sekarang. Apa dia sangat sibuk?” Eon Ji kembali bertanya sembari ikut duduk di depan anaknya. Min Rin menghentikan kegiatannya menyantap kimchi dan terlihat berpikir sebentar mencari jawaban

Satu lagi yang membuat hidupnya terasa lengkap, yaitu karena ia memilki sahabat yang sangat perhatian seperti Cho Kyu Hyun. Meskipun kehadiran Kyu Hyun tidak sepenuhnya membuat Min Rin bahagia, karena tingkahnya yang terlalu percaya diri dan kadang membuat jengkel tapi memiliki Kyu Hyun berada di hidupnya adalah keberuntungan. Banyak gadis yang ingin berada di dekat Kyu Hyun karena ketampanannya, dan Min Rin salah satu gadis beruntung itu.

Kyu Hyun sendiri akhir-akhir ini memang sulit di temui. Terakhir kali bertemu, pria itu mengatakan bahwa ia sedang melakukan perjalanan penting. Min Rin sendiri tidak tahu apa yang dilakukannya. Padahal biasanya Kyu Hyun selalu menghubunginya saat ingin pergi. Sebagai catatan saja, Kyu Hyun itu seperti punya pekerjaan sampingan yang mengharuskannya pergi jauh. Entahlah.. Min Rin sendiri juga tidak mengerti.

 “Sepertinya ia sedang melakukan pekerjaanya atau kalau tidak, ia sedang sibuk dengan kekasihnya.” Jawabnya asal sembari menggeleng pelan.

“Dia sudah punya kekasih? Ah, uri Min Rin tidak sedang cemburu kan?” celetuk Eon Ji yang langsung membuat Min Rin mengerjapkan matanya beberapa kali dengan cepat. Aigoo, bagaimana mungkin ibunya ini tiba-tiba berpikir seperti itu?

Jangan salah paham. Ini bukan berarti Min Rin cemburu seperti kata ibunya dan menyukai Kyuh Hyun. Benar-benar tidak seperti itu. Karena yang membuatnya tiba-tiba jengkel adalah gadis bernama Shin Ran Ran, –gadis yang membuat Kyu Hyun bertekuk lutut – yang selalu cemburu padanya. Tsk..

Aniyo, eomma. Tsk.. Kyu Hyun bahkan bukan tipeku. Dia itu kadang sangat menyebalkan dan juga terlalu percaya diri. Sangat-sangat menyebalkan..” Min Rin menekankan kalimat terakhir dan  membuat ibunya tertawa pelan melihat tingkah puterinya.

“Tapi dia sangat pintar dan juga tampan, jadi menurut eomma sifat percaya dirinya itu wajar.”

Min Rin sekali lagi mendengus setengah mencibir, ia memandang ibunya tidak mengerti. Jika berbicara soal Kyu Hyun, ibunya memang tidak tanggung-tanggung memberi pujian.

Issh, eomma berhenti memujinya. Dia bisa sangat besar kepala nanti.” Min Rin berujar setengah merajuk, karena ibunya itu selalu memuji Kyu Hyun dengan berlebihan. Ia menjepit sepotong daging dan memasukkannya ke dalam mulut dengan sedikit menggerutu.

Oke, Min Rin mengakui sahabatnya itu memang pintar dan bahkan kepintaran itu diatas rata-rata, dia juga tampan, bertubuh tinggi dan selalu terlihat menarik. Semua itu menjadikan Cho Kyu Hyun idola di kalangan para gadis di kampusnya. Dan sayangnya kepopulerannya itu kadang membuat Kyuh Hyun kelewat percaya diri dan terkesan narsis. Itu sungguh menyebalkan untuk Min Rin, sebagai orang yang menghabiskan banyak waktu bersamanya. Di tambah lagi sekarang pria itu sudah mempunyai seorang kekasih yang setiap hari selalu memandang Min Rin curiga. Hidupnya mendadak menjadi sengat menyebalkan jika sudah menyangkut Cho Kyu Hyun.

Ibunya tertawa lagi. “Kuere, tapi mengenai soal kekasih. Apa kau tidak punya teman laki-laki yang kau sukai? Aigoo, kau terlalu banyak bekerja sampai-sampai tidak peduli dengan kehidupan cintamu.” Ibunya menimpali dan kali ini agak membuat mood gadis bernama Shin Min Rin itu mendadak turun di level renda.

Ia paling tidak suka membicarakan tentang kekasih. Yah alasannya sederhana, karena sampai sekarang tidak ada laki-laki yang membuatnya tertarik kecuali pria bernama Kang Min Hyuk.

“Bagaimana dengan pria yang selalu menjadi obyek tulisanmu itu. Siapa namanya?” Ibunya terlihat mengingat-ingat sebuah nama

“Kang Min Hyuk?” sahut Minrin cepat, menebak pria itulah yang sedang dibicarakan ibunya.

“Iya benar Kang Min Hyuk. Bagaimana dengannya? Kau tidak menyukainya?”tanya ibunya lagi.

Kang Min Hyuk adalah seorang pria yang juga satu kampus dengan Min Rin. Posisinya itu sama saja seperti Kyu Hyun, pria tampan yang banyak digilai yeoja. Dan sayangnya untuk yang satu ini Min Rin harus mengakui pesonanya. Benar-benar tampan dan juga tinggi. Tatapannya kadang sangat tajam dan menakutkan tapi sekali melihatnya akan bisa membuatmu lupa berpijak.

Min Rin memang menyukainya, karena itulah setiap kali Min Rin menulis, tokoh si pria pastilah bernama Kang Min Hyuk. Dan ibunya selalu menggodanya setiap kali membaca tulisannya. Tapi pria itu terlihat sangat dingin dan suka menyendiri. Jadi tidak pernah sekalipun Min Rin berani berbicara dengannya. Jangankan berbicara sekedar menyapanya di koridor kampus saja tidak pernah. Ya anggap saja ia hanya mengagumi pria itu. Rasa kagum yang sebenarnya juga menggetarkan hatinya.

“Berhentilah membicarakan itu, eomma. Aku akan menemukan pria yang kucintai, jadi  jangan khawatir puterimu ini tidak laku.” Minrin berujar sembari melanjutkan kegiatannya sarapan pagi dengan malas.

Han Eon Ji tertawa lagi “Kuere arraso..”

Tidak peduli jika jodohnya itu Kang Min Hyuk atau pria lain, tapi yang jelas Min Rin tidak ingin memikirkannya.

***

Incehon Airport

07.45 AM

Seorang pria bertubuh kecil terlihat berjalan dengan menarik sebuah koper dari pintu keluar bandara Incheon. Dia mengenakkan t-shirt warna putih yang dipadukan dengan jaket hitam, tidak ketinggalan sebuah kaca mata hitam juga dipakainya. Tatapannya menelisik ke arah orang-orang yang yang menunggu di depan pintu keluar. Ia tersenyum tipis ketika di bagian belakang diliharnya seorang pria yang menjemputnya. Ia pun berjalan menghampiri pria itu.

“Nathan, lama tidak berjumpa..” pria itu menyapanya dan ditanggapi senyum tipis sekali lagi.

“Sekretaris Jang…”

“Oh… kau sama sekali tidak berubah. Pamanmu akan sangat senang melihatmu.” Pria itu menepuk pundak Natahn pelan, penuh kebanggaan.

“Aku bilang akan mempertimbangkan lagi tawaran itu. Kenapa paman menyuruhku segera kembali?” tanyanya. Dia berjalan lebih dulu dan diiringi langkah pria tadi.

Hampir tiga tahu mengasingkan diri ke Amerika bukanlah waktu yang singkat. Meskipun Amerika adalah tempat yang memberikan memori buruk untukknya, tapi di sanalah ia merasa memiliki kehidupan yang normal. Jika bukan karena pamannya, ia lebih memilih tetap berada di Amerika dan menolak kembali ke Korea.

“Pamanmu sangat mengandalkanmu. Lagipula pikirkanlah, Kau bisa menemukan Kim Dong Gun seperti yang kau inginkan.”

“Aku bisa menemukannya dengan caraku sendiri. Lagipula aku tidak berminat meneruskan profesi ayahku” Sahutnya cepat. Pembujukan ini sia-sia. Sampai detik ini pun ia tidak berniat untuk bergabung lagi dengan NIS. Sejak awal ia memang tidak berniat berada di dunia mata-mata.

“Kau tidak meneruskan tugas ayahmu. Kau hanya harus mengawasi dan memastikan keselamatan gadis itu.”

“Itu sama saja. Maaf, tapi aku tidak berniat melakukannya. ”

Pria tadi mendesah. Seperti dugaannya bahwa membawa Nathan kembali ke Korea dan memasukkannya dalam tim 1315 adalah hal yang sulit.

“Kalau begitu pikirkanlah perjuangan ayahmu. Dia berusaha melindungi data itu dan bahkan terbunuh saat melakukan tugasnya. Kau ingin usahanya sia-sia dengan membuat gadis itu tertangkap dan membuat Kim Dong Gun menang?”

Nathan berhenti sebentar. Ia menoleh singkat pada pria di sampingnya. “Hanya 6 bulan saja. Setelah itu kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan.”  Lanjutnya.

Ia berpikir sebentar lalu mendesah. Tidak ada gunanya menolak, toh nanti pamannya akan lebih mendesaknya lagi. Ia menyerah.  “Baiklah, siapa gadis itu?”

Pria tadi tersenyum lega. “Shin Min Rin. Kau bisa bertemu dengannya di Universitas Dongguk. Kyu Hyun akan membantumu.”

***

 

Dongguk University

09.45 AM

Sebuah mobil hitam terlihat terpakir di luar pagar, tidak jauh dari jalan masuk menuju Universitas Dongguk. Dua orang pria di dalamnya sibuk memperhatikan lalu lalang orang-orang yang masuk ke gedung Universitas Dongguk. Nathan, salah satu pria itu terdengar beberapa kali menghela nafasnya.  Sejenak ia masih memperhatikan satu persatu orang-orang yang lewat.

Sebenarnya ia sedang mencari seseorang, dan temannya yang duduk di sampingnya mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan orang itu, -atau lebih tepatnya gadis itu- di tempat ini. Katanya gadis itu ada kuliah jam 10 pagi, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Ia memang hanya melihat sekilas wajah gadis itu melalu foto yang diberikan sekretaris, tapi bisa dipastikan ia mengingatnya dengan sangat baik. Hey, dulu ia terkenal dengan ingatannya yang sangat baik di NIS jadi tidak mungkin ia akan lupa seperti apa rupa gadis itu. Dan setahunya sejak tadi tidak ada gadis seperti yang ada di foto itu terlihat berjalan keluar atau masuk universitas itu.

 Lima menit berlalu dan ia mulai jengah memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Ia melepaskan kacamatanya dengan kasar dan mendengus. “Kau yakin dia akan datang?” tanyanya tidak sabar pada pria yang duduk di sampingnya.

 “Tentu saja. Aku sangat hafal jadwal kuliah gadis itu. Aissh, sepertinya kebiasaannya telat belum juga hilang. Padahal aku sudah berulang kali menyuruhnya untuk tidak telat.”

Jawaban yang tidak memuaskan. Kebiasaan gadis itu suka sekali telat, dan ia tidak suka tipe orang seperti itu. Jika sudah begini, ia yakin tugasnya tidak akan berjalan lancar seperti dugaannya. Ia memang hanya perlu mengikuti gadis itu, memastikan tidak ada orang asing yang mendekatinya bahkan menyentuhnya. Cukup simple, tapi jika mengingat gadis itu tipe orang yang tidak bisa disiplin waktu, ia yakin tidak akan sesederhana yang dipikirkannya. Pria itu menghela nafasnya lagi dan beralih bersender di kursi, tangannya terlipat dan matanya mengamati lagi orang-orang di lingkungan Universitas Dongguk.

“Ah.. Hyung, itu dia!” seru Cho Kyu Hyun, -pria yang duduk di jok samping- sambil menunjuk seorang gadis yang sedang berlari terburu-buru.

Gadis itu mengenakan celana berwarna hitam dengan kemeja kotak-kotak. Rambutnya yang diikat jadi satu di belakang terlihat sedikit berantakan, sementara kedua tangannya susah payah membawa map serta tasnya. Gadis itu tidak hanya tukang telat, ia juga terlihat berantakan. Terlihat sekali ia bukan orang yang disiplin.

“Benar-benar gadis yang tidak bisa berpenampilan menarik.” gumamnya pelan yang langsung mendapat tolehan kepala dari Kyu Hyun.

“Apa yang Kau harapkan? Gadis sexy seperti Hyun Ah? Jangan begitu, Hyung. Bagaimana pun juga tugas kita melindungi gadis itu.” Kyu Hyun menepuknya pelan sembari tertawa. “Kau sudah melihatnya kan? Kalau begitu aku harus pergi, tetaplah berada di sekitar gadis itu karena sepertinya akhir-akhir ini gadis itu sering diikuti” Lalu pria itu bergegas membuka pintu mobil dan berjalan cepat menghampiri gadis itu.

Sementara itu, diam-diam diperhatikannya lagi gadis itu. Setelah ini hidupnya benar-benar tidak akan normal seperti yang diinginkannya. Sejujurnya ia benci berada dalam situasi ini, mengamati orang lain, mengikutinya dan selalu mewaspadai hal-hal di sekitarnya. Dan sayangnya itulah yang harus dilakukannya mulai sekarang. Ia bahkan harus pindah dan tinggal di samping rumah gadis itu, hanya untuk memastikan tidak ada yang mencoba mencelakainya.

***

Min Rin berlari melewati beberapa orang dengan tangan memegang map. Beberapa kali ia melihat ke arah jam di pergelangan tangannya. Hampir jam 10 dan ia tidak boleh telat. Langkah kakinya dipercepat ketika mencapai koridor. Nafasnya tersengal dan ia kelelahan berlari dari halte bus menuju kemari. Belum mencapai ruang kuliah yang ditujunya, seseorang menepuk pundaknya dengan keras dari belakang.

Yaa, Nona tukang telat!” Seseorang yang menepuk pundaknya bahkan mengagetkannya dengan berseru keras di telinganya.

Min Rin menoleh dan seketika memasang wajah galak saat melihat Kyu Hyun yang tadi mengagetkannya.

Issh, apa yang kau lakukan?” sungut Min Rin jengkel.

Ia mendengus ke arah Kyu Hyun. Setelah menghilang beberapa hari, sekarang pria ini muncul di depannya dengan seenaknya. Menyebalkan. “Neo, kenapa tiba-tiba muncul?” tanya Minrin dengan jari telunjuk menunding ke arah Muka Kyu Hyun, membuat pria itu mundur setengah langkah. “Kau pergi berkencan dengan seorang gadis?” tebak Min Rin menyipitkan matanya dengan curiga.

Lalu dengan cepat Kyu Hyun menepis jari telunjuk yang mengarah tepat di mukanya dan tertawa pelan. “Mwo? Apa yang kau pikirkan? Aniya.. ada sedikit urusan.”

“Aku tidak percaya. Kau tidak mengajak seorang gadis pergi berlibur ke Jeju dan menghabiskan waktu dengannya kan?”

Min Rin setengah percaya dengan ucapan Kyu Hyun. Sekali lagi ia menatap Kyu Hyun curiga. Jangan salah, meskipun Kyu Hyun sudah punya kekasih, tapi Min Rin meragukan kesetian sahabatnya ini. Memang tidak banyak gadis yang dekat dengannya, bisa dibilang hanya dirinya dan juga Ran Ran. Tapi Min Rin tidak bisa menjamin Kyu Hyun tidak berulah di luar sana.

Kyu Hyun menggeleng dan tertawa lagi “Aku bukan pria seperti itu, dasar bodoh!” dengan pelan Kyu Hyun menjitak kepala Min Rin, membuat gadis itu memejamkan matanya sebentar berpura-pura sakit.

Issh, kau menyebalkan!” Min Rin balas memukul Kyu Hyun dengan map yang dibawanya

Yaa, kenapa kau memukulku?”

 “Kalau aku sampai tahu kau macam-macam dengan gadis lain, mati kau!” seru Min Rin sekali lagi memukul dengan agak pelan.

Wae? Apa gadis itu melakukan sesuatu padamu Kau tidak sedang menjadi mata-mata yang disewanya untuk mengawasiku kan?” tebak Kyu Hyun yang langsung diselingi gelak tawa ringan.

 Min Rin lagi-lagi memasang wajah sedikit kesal yang dibuat-dibuat. Melakukan apa? Ran Ran itu memang sedikit membenci Min Rin, tapi rasa bencinya itu tidak cukup kuat untuk membuatnya melakukan sesuatu pada Min Rin. Meskipun ia sedikit tidak suka menjadi orang yang dicemburi Ran Ran, tapi ia tidak akan senang melihat Kyu Hyun menyakiti hati gadis itu.

 “Aniyo, memangnya aku mau melakukannya? Tsk.. jangan membuat gadis itu patah hati, Arra?”ujarnya kemudian

“Dia benar. Kau akan sangat menyesal jika melakukannya.” Sahut seseorang tiba-tiba. Suaranya yang menginterupsi membuat Kyu Hyun dan Min Rin langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, yang berasal dari seorang gadis.

 Gadis itu memakai rok pendek dan blezzer putih dan terlihat berjalan dari arah berlawanan, tersenyum anggun pada keduanya, -atau mungkin hanya pada Kyu Hyun-. Gadis itu adalah Shin Ran Ran, idola para pria di kampus ini. Wajahnya cantik dengan bola mata yang indah, rambutnya panjang sedikit bergelombang di bagian bawah dan dia selalu terlihat menarik.

“Kau tidak mengubungiku sejak kemarin. Wae? jangan katakan apa yang dikatakan Min Rin itu benar.” Ran Ran bertanya pada Kyu Hyun dengan tampang yang dibuat kesal lalu sedetik kemudian beralih cepat pada Min Rin “Ini bukan berarti aku membenarkan ucapanmu atau kita berteman. Aku tidak mungkin berteman denganmu, kau tahu itu kan? Dan jangan dekat-dekat dengan Kyu Hyun.”

 Selalu saja seperti ini. Min Rin menghela nafasnya setengah berdecak lalu mengangguk “Arraso..” ujarnya.

 Bukankah ia seperti karakter Cha Eun Sang di antara Lee Bo Na dan Yoon Chan Young? Aigoo, tingkat cemburu yang di milki Ran Ran itu sama persis seperti Lee Bo Na. Dan seperti Yoon Chan Young, Cho Kyu Hyun sama sekali tidak mempermasalahkan sikap kekasihnya itu. Dan itu kadang sangat menjengkelkan. Min Rin pernah bertanya kenapa dan di jawab Kyu Hyun bahwa kekasihnya itu terlihat sangat lucu jika sedang cemburu. Tsk itu benar-benar menggelikan.

Meskipun gadis bernama Shin Ran Ran kadang terlihat sangat menyebalkan untuk Min Rin, tapi entah kenapa Min Rin sangat senang melihat gadis ini yang berhasil membuat Kyu Hyun bertekuk lutut. Bagaimana pun juga gadis ini sebenarnya baik, Min Rin tahu itu.

Min Rin tidak berkomentar banyak dan hanya memandang kedua orang itu dengan gemas.

Yaa, kau tidak percaya padaku?” tanya Kyu Hyun kali ini.

Kuerom, tentu saja aku percaya padamu.” Kali ini Ran Ran tersenyum sangat manis. Lalu selanjutnya yang terjadi adalah Ran Ran yang berdiri di samping Kyu Hyun dan mengamit lengan pria itu.

Sedangkan Min Rin yang melihatnya hanya bisa mengernyit dan menggelengkan kepalanya. Dua pasangan ini memang kadang membuatnya iri.

Kajja, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.” Ran Ran sedikit menarik lengan Kyu Hyun dan hanya diturutinya dengan pasrah tanpa melawan.

Kyu Hyun terlihat tersenyum tanpa menolak. Ia menatap Min Rin sejenak dan hanya mengedikkan kedua bahunya. Min Rin sekali lagi mendengus dan balas menatap tidak peduli. “Kuere. Ah.. Min Rin-ya ingat kau harus langsung pulang setelah selesai bekerja, mengerti?” Min Rin balas mengedikkan bahunya cuek. Dari eksprsinya jalas ia berusaha mengatakan ‘apa urusannya denganmu?’

Yaa, berhenti perhatian padanya. Dia bukan anak kecil dan kau bukan pengasuhnya.” Ran Ran merajuk sembari terus menggeret paksa Kyu Hyun dan sekali lagi Kyu Hyun menoleh ke belakang tersenyum dan melambaikan tangannya sebelum mengikuti Ran Ran yang terus menarik lengannya.

 “Aku pergi. Sampai jumpa nanti.” Serunya

Yaa, berhenti melihat ke arahnya.” Seru Ran Ran lagi seiring dua orang itu yang berjalan menjauh, meninggalkan Min Rin yang hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

Aigoo, mereka benar-benar membuat iri.”

Min Rin tersenyum sendiri. Kadang ia ingin memilki kekasih seperti itu. Bukankah itu menyenangkan? Memiliki kekasih, berkencan di akhir pekan dan juga merasakan debaran hebat di dadamu saat bersamanya. Paling tidak memilki kekasih akan membuatnya sedikit terbebas dari tatapan mengerikan fans-nya Kyu Hyun yang selalu mengganggunya. Tapi agaknya Min Rin harus bisa bersabar untuk itu. Setidaknya sampai ada pria yang membuat jantungnya berdetak hebat datang di depannya selain Kang Min Hyuk.

Mengenai Kang Min Hyuk, sejujurnya Min Rin berharap bisa berkencan dengannya. Bukankah sangat keren jika punya kekasih super tampan tinggi dan pintar seperti Min Hyuk? Yang bahkan kepopulerannya bisa mengalahkan Kyu Hyun sekali pun. Min Rin tersenyum sendiri memikirkan hal itu, tapi langsung ditepisnya ide gila yang terlintas dipikirannya.

Ia kembali berjalan dengan pelan dengan sesekali tersenyum dan tiba-tiba memekik terkejut saat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 10 lebih sedikit. “Omo, aku lupa ada kuliah. Issh, gara-gara Cho Kyu Hyun!” gerutunya yang langsung berlari menelusuri koridor ini dengan tergesa-gesa.

Dan tanpa di sadarinya seseorang memperhatikannya di balik lipatan dinding koridor itu. Seorang pria berjas hitam dengan tatapan tajam yang mengawasi.

***

Sementara itu di sebuah tempat, berikilometer jauhnya dari Universitas Dongguk, lebih tepatnya di sebuah rumah mewah terlihat seorang pria berjas dengan beberapa layar computer di depannya. Di sisi lain, computer serupa juga terlihat menampilkan gambar CCTV. Sementara lima computer di depannya menampilkan deretan gambar gelombang suara, yang merupakan hasil sadapan. Jaringan telepon di Negara ini berada dalam daftar yang di sadapnya. Segala informasi dari seseorang yang menggunakan jaringan telepon langsung bisa di dapatkannya dengan mudah. Itulah salah satu bentuk spionase organisasi rahasia bernama I.L yang sedang dalam persembunyian di rumah ini.

Pria itu berbicara sebentar di telepon dan mengangguk setelah sambungan itu di putus. Ia mengamati gelombang-gelombang suara itu yang bergerak naik turun. Terlihat senyum menyeranginya sesaat setelah asap membubul dari cerutu yang dihisapnya. Lalu sedetik kemudian terdengar ketukan pintu dan tidak berselang lama pria berjas lain terlihat berdiri setelah sebelumnya membungkuk sebentar.

“Gadis itu sudah ditemukan.” Pria berjas yang baru saja masuk itu berujar pelan memberi laporan. Dia tetap menunduk sembari menunggu perintah dari pria yang duduk di kursi tadi, -yang merupakan bosnya-

 “Kuere. Akhirnya setelah hampir 17 tahun, kita bisa sedekat ini dengan gadis itu. Jangan terburu-buru, kita awasi sebentar pergerakan gadis itu.” Ujarnya pelan, lalu kembali menghisap cerutunya lagi.

 “Ne, algeseumnida. Kuende… ada sebuah mobil yang sejak pagi tadi mengawasi gadis itu. Sepertinya NIS sudah bergerak cepat.” Ucap pria tadi lagi.

Pria bercerutu itu tersenyum santai dan mengangguk. “Gwaenchana, kita lakukan plan B. Dan awasi terus orang yang mengikutinya itu. Jangan sampai mereka tahu apa yang kita lakukan.” Perintahnya. Lalu pria tadi membungkuk lagi, sedetik kemudian ia pun pergi dari ruangan itu.

 Asap yang berasal dari cerutu kembali mengepul dan pria yang duduk di depan computer itu tersenyum lagi. “Shin Tae Woo, kita akan bertemu lagi setelah ini.” Ujarnya sembari menyerengai.

***

Mouse Rabbit

02.00 PM

Seperti biasanya selesai pulang kuliah Min Rin punya pekerjaan sampingan di Coffee Shop Mouse Rabbit. Biasanya ia akan bekerja dari siang sampai malam

Mouse Rabbit adalah sebuah Coffee shop yang terletak di daerah Yeoksamdong. Tidak terlalu mewah seperti kebanyakan Coffee shop, tapi café ini selalu penuh dengan pengunjung. Coffee shop ini terkenal karena suasana di dalamnya yang nyaman untuk bersantai bersama teman-teman. Bangunnaya juga tidak luas dan hanya terdiri dari dua lantai di mana lantai atas biasanya disewakan untuk pesta kecil untuk keluarga atau sahabat, sementara di lantai bawah adalah tempat yang biasanya dibuka untuk pengunjung.

Sudah hampir dua tahun Min Rin bekerja di tempat ini sebagai pekerja paruh waktu. Karena itu ia sudah sangat akrab dengan pemilik Mouse Rabbit yang sebenarnya seorang Direktur di perusahaan WHYSTYLE. Tidak hanya kenal dengan sang Direktur yang bernama Kim Jong Woon, Min Rin juga berteman baik dengan adiknya yang bernama Kim Jong Jin, bahkan ia sudah dianggap anak sendiri oleh nyonya Kim.

Tidak seperti biasanya, siang ini banyak sekali pengunjung yang datang. Begitu Min Rin masuk terlihat Jong In yang kerepotan di depan mesin pembuat coffee, sementara nyonya Kim terlihat sibuk di depan meja kasir.

Annyeonghaeseo, eomonim.” Sapa Min Rin membungkuk sekilas pada nyonya Kim.

Wanita berumur hampir 50 an itu tersenyum dan mengangguk, terlihat sekali kelegaan di wajahnya begitu melihat Min Rin. “Ah ne Min Rin-ya, syukurlah kau datang. Cepat bantu Jong Jin, ne? sebelum Jong Woon datang dan membuat tempat ini semakin penuh.”

Min Rin mengangguk “Ne..” lalu setelah itu ia segera mengambil apronnya dan menghampiri Jong Jin yang terlihat sangat kerepotan. Pria itu menoleh sebentar pada Min Rin dan langsung menghela nafas lega.

“Akhirnya kau datang juga. Kami sangat kerepotan di sini. Aigoo, hyungku itu benar-benar selalu bisa membuat coffee shop ini dipenuhi wanita.” Ujarnya agak menggerutu.

Min Rin tertawa pelan mendengar lelucon Jong In itu, “Apa Jong Woon oppa akan datang?” tanya Min Rin.

Eoh, dia hanya meninggalkan pesan di depan kemarin dan sekarang lihatlah wanita-wanita itu. Aigoo..”

Min Rin mengamati para pengunjung yang rata-rata adalah wanita. Mereka terlihat mengobrol dan sesekali berdecak kagum. Ya.. Min Rin tidak heran melihatnya. Keadaan Mouse Rabbit akan penuh seperti ini ketika Jong Woon datang. Sang Direktur yang selalu memesona para wanita dengan penampilan dan ketampanannya. Kepopuleran bosnya itu bahkan mengalahkan seorang idol Korea. Padahal kalau di pikir-pikir wanita-wanita yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pekerja kantoran itu sudah membuang waktunya dengan percuma. Kim Jong Woon bukanlah orang yang akan tertarik dengan wanita-wanita seperti mereka. Lagi pula banyak kabar yang beredar kalau sebenarnya pria itu sudah punya kekasih.

“Cepat bawakan ini di meja nomor 10.” Jong Jin meletakkan satu gelas coffee lagi di atas nampan berisi cake, lalu tanpa banyak berucap Min Rin langsung mengantarkan pesanan itu.

 Tiing!

 Pintu coffee shop itu dibuka seiring bunyi tiing dari lonceng kecil di atasnya. Seorang pria berstelan jas lengkap terlihat berjalan masuk dengan perlahan. Pria itu berpenampilan sangat rapi, bahkan rambutnya yang berwarna hitam tertata rapi dengan poni di bagian depan. Seketika itu semua perhatian dari pengunjung langsung tertuju pada pria itu. Pria bernama Kim Jong Woon, sang direktur yang menjadi idola pengunjung wanita di Coffe shop ini.

Jong Woon berjalan memberi salam sebentar pada ibunya di meja kasir, lalu beralih menghampiri Jong In di meja lainnya.

Hyung, waesso?” Jong Jin setengah tersenyum lebar dengan keringat di dahinya saat menyapa Jong Woon.

 “Eoh..” Jong Woon terlihat mengamati sebentar keadaan coffee shop itu. “Kenapa tiba-tiba banyak sekali pengunjung yang datang?” tanyanya.

 “Menurutmu kenapa? Aigoo, tentu saja karena pesan yang Hyung tinggalkan di depan yang membuat para wanita itu berbondong-bondong datang.” Jong Jin menggelengkan kepalanya.

 “Kuereyo? Ah tahu begini aku datang setiap hari, dengan begitu pengunjung akan banyak yang datang.” Jong Woon berujar sedikit bergurau dan hanya diikuti gelengan kepala dari Jong Jin lagi. Lalu sedetik kemudian dia melepaskan jasnya, menyampirkan di kursi belakang, dan menggulung kemeja putihnya sampai di siku. Kemudian dia mengambil apron dan bersiap untuk membantu adiknya.

“Jangan bercanda. Ini memang hal yang bagus, tapi kau harus cari karyawan tambahan kalau tidak ingin melihatku, eomma dan Min Rin bekerja keras setiap hari seperti ini.” Jong Jin setengah mendecak dan didengarnya Jong Woon hanya terkekeh pelan. “tiba-tiba aku ingin melihatmu menikah. Aku yakin jika kau datang bersama isterimu, mereka tidak akan melihatmu terus menerus seperti ini.” Jong Jin melirik sekilas ke arah seorang wanita di kursi pengunjung yang tengah menatap serius bahkan tidak berkedip ke arah Jong Woon.

Jong Woon terkekeh lagi.  Seiring itu, Min Rin yang baru saja kembali dari mengantarkan pesananan terlihat berjalan dengan buru-buru menghampiri Jong Jin dan Jong Woon.

Aigoo, oppa untuk kali ini aku tidak ingin oppa datang ke tempat ini.” Min Rin berujar dengan sesekali melihat ke arah pengunjung.

Baik Jong Jin dan Jong Woon hanya mengernyitkan dahinya pelan. “Mereka memaksaku untuk memberi tahu nomormu, dan bahkan ada juga yang menginginkan alamat rumahmu. Astaga, aku tidak tahu kau begitu diinginkan wanita-wanita ini.”

“Itu juga yang aku bilang. Hyung, sebaiknya kau harus segera menikah.” Tutur Jong Jin setuju dan lagi-lagi Jong Woon tersenyum setengah tertawa pelan.

Jong Woon bukan tidak tahu kepopuleranya di kalangan para wanita. Sejujurnya ia sangat sadar posisinya itu. Memilki wajah yang tampan, penampilan yang menarik, dan dia adalah seorang direktur di perusahaannya, selain itu dia pemilik Coffee Shop bernama Mouse Rabbit yang sudah memiliki lima cabang di Korea, tentu saja semua wanita sangat menginginkannya. Tapi Jong Woon bukan tipe orang yang suka tebar pesona, bahkan bisa dibilang sikapnya sangat dingin kecuali ada orang-orang terdekatnya.

“Kalian berisik sekali. Sudahlah, kau lanjutkan ini. Aku harus berbicara dengan eomma.” Jong Woon menyerahkan gelas coffee pada Min Rin dan menyuruhnya menggantikan pekerjaannya tadi.

“Kalian berdua bekerjalah dengan baik. Dan kau Min Rin-ya, jika waktu bekerjamu sampai malam, minta Jong Jin mengantarmu.” Jong Woon menepuk pundak Jong Jin dan beralih mengelus bagian samping kepala Min Rin, persis seperti oppa yang perhatian pada adiknya. Dan Min Rin selalu menyukainya. Rasanya seperti memiliki seorang kakak laki-laki.

Ne, algeseumnida.”

“Akan ku pastikan dia sampai rumah.”Jong jin berujar dengan semangat.

Inilah bentuk lain perhatian yang diterima Min Rin dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidak hanya Kyu Hyun yang selalu memperhatikannya di kampus, di tempatnya bekerja ia selalu diperhatikan oleh Jong Woon dan Jong Jin. Kadang ia memang akan merasa tidak enak jika setiap pulang malam, Jong Jin selalu mengantarnya. Tapi mengingat mereka yang sudah menganggap Min Rin sebagai adik, begitu juga dengannya yang menganggap keduanya sebagai kakak, Min Rin tidak lagi keberatan.  Bukankah ia benar-benar beruntung?

***

08.00 PM

Sebuah mobil hitam terlihat terparkir tidak jauh dari Mouse Rabbit. Pria di dalamnya sekali lagi melaksanakan tugasnya. Seharusnya ia bisa saja mengakhiri tugasnya hari ini, mengingat gadis yang harus diawasinya, -Shin Min Rin- berada di tempat yang aman sekarang ini. NIS memang sudah membuatnya tampak seperti puteri presiden yang harus dikawal banyak agen rahasia. Tidak hanya di kampus dan di rumah, di tempatnya bekerja pun NIS menyuruh agennya untuk mengawasi –melindungi- gadis itu.

Pria itu –Nathan Kim- hanya menghela nafasnya. Mendadak ia merasa sangat berlebihan karena mengkhawatirkan gadis itu hingga harus susah payah mengikutinya seharian. Sebenarnya bukan khawatir yang berlebihan, hanya sebuah perasaan curiga pada orang di dalam mobil sedan yang sejak tadi mengikuti gadis itu.

Sekali lagi ia memperhatikan mobil sedan hitam yang terpakir jauh di belakangnya melalui kaca spion. Sepertinya I.L sudah mengetahui keberadaan gadis bernama Shin Min Rin ini, dan mungkin saja mereka tengah mengawasinya.

Pukul 8 lebih sepuluh menit, gadis bernama Shin Min Rin itu terlihat keluar dari Mouse Rabbit. Gadis itu tidak sendiri tapi bersama Jong Jin, yang ia kenal sebagai adik kandung Kim Jong Woon. Sepertinya Jong Woon sudah menyuruh adiknya untuk mengantar gadis itu pulang, karena terlihat mereka masuk di mobil yang sama.

 Mobil audit yang ditumpangi Jong Jin serta Min Rin melaju melewati mobilnya. Lalu dilihatnya mobil sedan hitam tadi terlihat menyalakan mesinnya dan tidak berselang lama mobil itupun  mengikuti Jong Jin dan Min Rin.

Tidak ada pilihan untuknya selain mengikuti dua mobil itu. Ia pun segera menyalakan mobilnya dan segera menggerakannya mengikuti dua mobil di depannya. Ia mengenal Jong Jin, dan ia cukup yakin Jong Jin bisa mengatasi kesulitan jika mobil hitam itu tiba-tiba mencegat mereka. Jong Jin memang bukan anggota NIS tapi adik dari Kim Jong Woon itu mempunyai keahlian dalam berkelahi sama baiknya dengan Jong Woon. Jika pun tidak seperti itu, ia yakin Jong Woon sudah melengkapi mobil audit yang dikendarai Jong Jin dengan senjata yang bisa digunakannya untuk melawan musuh. Tapi sepertinya untuk kali ini ia harus ikut memastikan gadis itu pulang dengan selamat.

***

Perjalanan pulang yang dilalui Min Rin tiba-tiba terasa sangat lama dibandingkan biasanya. Mungkin karena ia sudah sangat lelah seharian ini dan sangat ingin pulang lalu tidur. Ia memperhatikan keluar jendela, berusaha membuat matanya tetap terjaga dengan pemandangan kota Seoul. Lalu tanpa sengaja ia memperhatikan kaca spion yang memperlihatkan sebuah mobil yang melaju tepat di belakang mereka. Tidak ada yang aneh dengan mobil itu kecuali lajuya yang terkesan menjaga jarak dengan mobil yang ditumpangi Min Rin.

“Jong Jin-ah, sepertinya mobil itu mengikuti kita.” Ujarnya pelan tanpa sedikit pun melepaskan pandangannya dari kaca spion.

Jong Jin tersadar dan ikut memperhatikan kaca spion. “Oh..kenapa dengan mobil itu?” Gerutunya. Lalu dengan cepat ia menginjak gas lebih dalam dan mempercepat laju mobil itu. Sejenak ia mendadak menjadi panic.

Kakaknya sering memberinya peringatan kemungkinan ada orang yang akan mengikutinya seperti ini. Awalnya Jong Jin tidak percaya, dan hey apa begitu pentingnya Min Rin hingga harus di jaga begitu banyak orang? Ia tahu kakakknya sedang berusaha melindungi gadis yang duduk di sampingnya, -entah dari apa-, Jong Jin sendiri tidak mengerti. Yang dia tahu dia diminta untuk ikut menjaga Min Rin jika Jong Woon tidak ada, termasuk mengantarnya pulang seperti ini. Dan itu lah yang dilakukan Jong Jin tanpa tahu betapa pentingnya Min Rin hingga harus diikuti orang asing seperti ini.

 Sekali lagi ia menekan pedal gas hingga akhirnya mobil melaju lebih kencang melewati lampu lalu lintas tepat sebelum lampu itu berubah merah. Beruntung mereka bisa lolos karena lampu merah membuat mobil di belakang mereka terpaksa berhenti.

“Kenapa mereka mengejar kita?” tanya Min Rin yang sampai sekarang masih agak khawatir. Ini kali pertama kalinya dia dikejar orang asing seperti tadi.

“Entahlah, aku juga tidak tahu..” Jong Jin menjawab tenang sementara di sisi lain otaknya berpikir keras mencari -jawaban yang sebenarnya- dari pertanyaan itu.

Jelas ini ada hubungannya dengan alasan kakakknya melindungi gadi sini. Tapi apa?

***

Min Rin mengucapkan terima kasih sesaat setelah Jong In mengantarnya sampai di depan rumah. Gadis itu masih agak takut dan khwatir dengan kejadian tidak terduga di jalan tadi. Tapi pikirannya menyuruh untuk tidak terlalu memikirkannya lagi. Mungkin hanya orang iseng, atau bisa saja mereka sebenarnya tidak mengikuti. Entahlah..

“Aku pulang ya. Jangan khawatir lagi, euhm?” Jong Jin menepuk pundak Min Rin seakan tahu gadis itu masih setengah khawatir memikirkan kemungkinan-kemungkinan aneh karena mobil yang mengejar mereka.

Kuere, berhati-hatilah. Kita bertemu lagi besok.” Min Rin membalas sembari tersenyum.

Lalu setelah itu Jong Jin kembali masuk ke dalam mobilnya setelah sebelumnya berpamitan lagi pada Min Rin. Pria itu melajukan mobilnya melewati Min Rin dan akhirnya tidak kelihatan di belokan ujung jalan. Sejenak Min Rin masih berdiri di luar rumah, mengamati keadaan sekitar, berharap tidak ada hal aneh lagi. Sayangnya apa yang baru saja dilihatnya justru membuat harapan itu hilang seketika. Kedua matanya tidak sengaja menangkap –lagi-sebuah mobil hitam yang berhenti dengan lampu masih menyala tidak jauh dari rumahnya. Mungkin saja mobil yang sama yang tadi mengikutinya sejak keluar dari Mouse Rabbit. Dan itu semakin membuatnya takut. Ia tidak bisa melihat jelas si pengendara mobil, tapi bisa dirasakan orang itu tangah menatap ke arahnya.

Tengkuknya bergidik. Ini lebih menakutkan dibandingkan bertemu dengan hantu manapun. Apa yang diinginkan orang itu hingga mengikutinya seperti seorang tersangka? Apa dia berniat jahat padanya?

Tidak mau memikirkan kemungkinan yang buruk, Min Run pun bergegas setenagh berlari masuk ke dalam rumah.

***

 

09.06 PM

Ia berusaha dengan sekuat tenaga menetralkan perasaan takut yang menyelimutinya. Hanya karena diikuti orang asing sampai di rumahnya, memang mampu memunculkan perasaan khwatir, takut dan juga was-was. Ia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, lagi pula di film-film yang pernah ditontonnya, diikuti orang asing bukanlah hal yang baik. Jadi ketakutannya ini bukanlah hal yang berlebihan. Setidaknya ia ingin tahu alasannya. Apa dia penggemar rahasianya yang pernah ditolaknya dan berniat jahat? Rasanya tidak. Ia lupa bahwa ia tidak secantik Ran Ran yang memungkinkan untuk mempunyai pengagum rahasia. Apa dia orang suruhan untuk mencelakai Min Rin? Sepertinya juga tidak. Ia tidak punya musuh, -setidaknya seperti itu yang ia tahu-. Jadi rasanya aneh jika tiba-tiba ia punya musuh.

Semakin lama memikirkannya justru semakin membuatnya terganggu. Mengetahui fakta bahwa ia menjadi korban yang diikui orang asing saja sudah membuatnya terganggu, jadi memikirkannya menjadi hal yang semakin mengganggunya.

Ia masih termenung memikirkan segala kemungkinan yang ada ketika pintu kamarnya dibuka dengan pelan. Ia menoleh dan melihat ibunya berdiri dan tersenyum lembut ke arahnya.

Waegure? Sejak pulang kau berdiam diri di kamar. Kau bahkan tidak menyapa ayahmu. Ada yang kau pikirkan?” tanya Eon Ji –ibunya– pelan yang kemudian berjalan mendekat ke arah Min Rin. Gadis itu menggeleng dengan pelan pula.

Aniyo, eomma. Tidak ada yang kupikirkan.” Ucapnya berbohong.

Ia tidak perlu membuat ibunya ikut khawatir memikirkan orang asing itu, jadi lebih baik diam dan tidak menceritakan apapun. Min Rin tersenyum dan menatap ibunya memohon, “Eomma, aku lelah. Aku ingin tidur, jadi eomma keluarlah, ne? Ah.. dan katakan pada appa bermain caturnya besok saja, aku benar-benar lelah hari ini.”

Eon Ji tersenyum lagi dan mengangguk “Kuere, istirahatlah. Eomma rasa tidak perlu menyampaikan pesanmu itu.” Sejenak Min Rin mengernyit. “Dia sudah menemukan teman bermain catur yang baru.” Lanjutnya

Sekali lagi Min Rin mengernyit. Selama ini ayahnya itu hanya bermain catur dengannya atau dengan Kyu Hyun jika pria itu datang berkunjung. Mengingat Kyu Hyun tidak mungkin berada di rumahnya saat ini tanpa memberitahunya, jadi bisa dipastikan teman baru ayahnya itu bukan Kyu Hyun.

“Seorang pria muda yang baru saja pindah di rumah sebelah.” Eon Ji menjawab pertanyaan di kepala Min Rin. Lantas gadis itu mengangguk paham, meskipun ia juga baru tahu ada tetangga baru yang pindah di rumah sebelah.

“Benarkah? Nuguya? Kenapa aku baru tahu sekarang?” tanya Min Rin ingin tahu.

Setelah kejadian diikuti orang asing, sekarang ia bahkan punya tetangga baru. Ini ada hubungannya ataukah hanya sebuah kebetulan saja?

“Kim Ryeowook. Pria itu sangat baik dan juga tampan.” Eon Ji memuji dan langsung membuat Min Rin hanya bisa tersenyum tanpa banyak komentar.

Sudahlah, dari pada membuat kepalanya semakin pusing lebih baik berhenti berpikir bahwa pria bernama Kim Ryeowook itu ada hubungannya dengan orang asing tadi.

“Kau harus bertemu dengannya. Eomma rasa ia akan cocok denganmu.” Eon Ji memulai –lagi– mencarikan kekasih untuk puterinya. Ini bukan pertama kalinya ibunya ini berusaha membuat Min Rin bertemu dan berkencan dengan pria-pria muda anak temannya atau tetangganya. Min Rin mengernyit lagi dan langsung menggeleng dengan cepat.

“Lupakan saja eomma. Aku tidak akan melakukannya jika eomma menyuruhku berkencan dengannya.”

“Tsk dasar anak ini!.” Ibunya berdecak pelan lalu beranjak membelai kepala Min Rin. “..sudahlah, eomma keluar dan kau istirahatlah. Jangan banyak bermain SNS.”

Min Rin mengangguk dan membiarkan ibunya itu keluar dari kamarnya. Selepas itu ia pun segera membaringkan diri di atas tempat tidur. Sesuatu yang sudah sejak tadi ingin dilakukannya.

Kuere, Min Rin-ya lupakan soal orang asing itu.” Gumamnya pelan sebelum akhirnya memjamkan matanya bersiap untuk tidur.

***

National Intellegence Service (NIS)

10.13 PM

“ Keberadaan Kim Dong Gun sudah ditemukan. Dia berada di daerah Ilsan” Seorang pria berjas hitam terlihat memberikan laporan pada atasannya.

Pria berjas di depannya yang merupakan atasannya itu, terlihat mengangguk dan meneguk kopi di tangannya. Ia menghela nafas lega. Akhirnya penantiannya berakhir setelah bertahun-tahun melacak dan mencari keberadaan orang bernama Kim Dong Gun itu. Ia bahkan hampir menghabiskan 19 tahun terakhir masa kerjanya di NIS hanya untuk menemukan pimpinan organisasi rahasia I.L. Ia mencari di seluruh penjuru Korea dan baru kali ini keberadaan Kim Dong Gun ditemukan. Dan bukankah ini sangat aneh, tiba-tiba saja dia ditemukan sedekat ini?

“Kita tidak perlu terburu-buru menyergap mereka. Aku yakin mereka punya rencana hingga berani sedekat ini dengan kita.” Sekali lagi ia meneguk kopinya.

Ne. Tapi sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaan gadis itu. Pagi ini terlihat sebuah mobil yang terus mengawasi gadis itu di tempatnya kuliah, bahkan mengikutinya hingga gadis itu pulang ke rumahnya.”

Pria itu menoleh cepat dan sedikit membelalakan matanya. “Jinjjayo?”

Ne, Nathan Kim baru saja memberi laporan.”

Pria itu menegang. Sejauh inikah I.L sudah bergerak? Jika keberadaan gadis itu sudah diketahuinya, maka itu berarti gadis itu juga berada dalam bahaya. Tangan pria itu menggenggam kuat gelas kertas bekas kopinya, lalu dengan kekuatan yang berlebihan ia membuangnya ke tempat sampah. Kemudian ia beralih lagi pada pria yang baru saja memberinya laporan .

“Hubungi Shin Jae Seok, dan perintahkan untuk berhati-hati menjaga pergerakan. Dan tim 1315 harus meningkatkan pengawasan. Kita harus pastikan keselamatan gadis itu.”

 “Ne, algeseumnida.”

 Lalu pria itu pun menyuruh bawahannya keluar dari ruangannya. Sementara ia sendiri semakin mengepalkan kedua tangannya dengan kuat sekedar menyalurkan kekesalan dan juga emosinya. Bertahun-tahun ia dan tim 1315 menjaga gadis itu, dan bahkan menjauhkannya dari segala hal bernama I.L. lalu sekarang mereka hampir kecolongan. Jika I.L sudah mengetahui keberadaan gadis itu, maka sudah bisa dipastikan mereka sedang menyusun rencana, entah dengan membawa gadis itu hidup atau mati dan membuat Shin Tae Woo menyerah.

***

CUT

Annyeong. Saya datang dengan ff baru. Pengen buat yang beda, nggak Cuma sebatas kisah cinta dua pasang manusia yang mengalami fase senang-sedih dan juga cemburu :D/ sebuah ff dengan genre action dan tentang agen2 rahasia. Semoga bisa diterima. Soalnya ini kali pertama saya buat ff dengan genre seperti ini, dan jujur masih butuh banyak info tentang dunia mata-mata hehe.

Ya sudah, selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komentar dengan begitu saya akan semangat melanjutkannya #eeh .. 😀

Sampai jumpa lagi ^^

11 thoughts on “(FF Series) Secret Guard Part 1

  1. eonii….
    aku berkunjung diwp nya hehe
    jadi apa hubungannya dengan min rin, kenapa mereka ngincar min rin ?
    di next cepat yah 🙂

    1. Hi Annisa .. ^^ welcome to ryeo-min zone k kk k
      Apa ya hubunganya? yg jelas minrin bukan buronan yg mesti diincar haha..
      oke..oke siip ditunggu ya ^^
      terimakasih sudah berkunjung dan membaca.. 🙂

  2. Still me (rivalina) kkkkk,,eonn!?? Pengen bnget “secret guard” di lanjutin,,suka lohh sma cerita action bgini,, jarng” wookie oppa jadi mata mata kkkkkk~ #pleasee dilanjuin ya eonn# (U~U)

    1. saking jarangnya dia dapat peran action, aku jadi bingung mau ngelanjutin kayak gimana ..hehehe
      belum punya bayangan lagi ttg ini orang kalau jd mata-mata.. tapi aku masih pengen lanjutin ini ff sih, ditunggu aja kapan dipublish, dan maaf kalau lama… maklum sudah mulai sibuk kuliah tingkat akhir.. ^^

  3. Hmm iya sih,, udh mulai masuk semester baru, mkin disbuk,, ya dh aku tetep setia kok nungguin ff yg di publish eon kk~ 😉

    1. iya… sama semester baru kesibukan baru. apalagi kalau dah tingkat akhir begini.. wkwkw *curhat*
      makasih…makasih dah mau setia nunggu, semoga ak tdk mengecewakan readernim semua… ^^

  4. hi new reader here 🙂 I found this blog (and this blog write about ryeowook fanfic YEAY) a couple days ago ^^ your writing is nice so keep working 😉 I will read the next part

    1. Hi, welcome here .. ^^
      thank you 😀
      oh wait, you’re a author from cookie wonderland…God, i’ve come to your blog. Daebag!!
      Anyway, thanks again 🙂

Leave a reply to Hae Ri Cancel reply